Jumat 29 Mar 2019 09:13 WIB

Brasil Minta Pasukan Rusia Angkat Kaki dari Venezuela

Brasil minta Venezuela gelar pemilu ulang di bawah pimpinan Juan Guaido.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Warga Venezuela memasuki Kolombia dengan menyeberangi jembatan internasional Simon Bolivar dari San Antonio del Tachira, Venezuela, Kamis (21/2). Rakyat Venezuela mengalami kelangkaan makanan dan obat-obatan.
Foto: AP Photo/Rodrigo Abd
Warga Venezuela memasuki Kolombia dengan menyeberangi jembatan internasional Simon Bolivar dari San Antonio del Tachira, Venezuela, Kamis (21/2). Rakyat Venezuela mengalami kelangkaan makanan dan obat-obatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Menteri Luar Negeri Brasil Ernesto Araujo mengatakan, pasukan Rusia yang dikirim ke Venezuela harus segera pergi meninggalkan negara tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Araujo manyatakan, pembelaan Rusia terhadap Presiden Nicolas Maduro justru dapat memperdalam keruntuhan ekonomi dan masyarakat Venezuela.

Menurut Araujo, satu-satunya jalan keluar dari krisis adalah dengan mengadakan pemilihan umum ulang di bawah pemerintahan sementara yang dipimpin oleh oposisi, Juan Guaido. "Jika mereka mempertahankan Maduro lebih lama, berarti lebih banyak orang kelaparan dan melarikan diri dari negara itu, lebih banyak tragedi kemanusiaan di Venezuela," ujarnya, Jumat (29/3).

Baca Juga

"Apa pun yang berkontribusi pada kelanjutan penderitaan rakyat Venezuela harus dihapus," kata Araujo.

Araujo mengatakan, kehadiran tentara Rusia di Venezuela merupakan tanda kelemahan Maduro. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan bahwa Maduro sudah tidak punya kekuatan militer.

"Jika dia perlu membawa pasukan dari luar negeri, jelas bahwa pasukan bersenjatanya tidak sepenuhnya bersamanya dan tidak mampu terus menekan rakyat Venezuela," kata Araujo.

Sebelumnya, kedatangan dua pesawat angkatan udara Rusia diyakini membawa hampir 100 pasukan khusus dan personel keamanan siber ke Venezuela. Rusia menyatakan, pihaknya telah mengirim spesialis ke Venezuela berdasarkan perjanjian kerja sama militer.

Sementara itu, Presiden sayap kanan Brasil Jair Bolsonaro mengatakan, angkatan bersenjata Brasil tidak berniat melakukan intervensi militer ke Venezuela. Brasil ingin membahas krisis Venezuela secara bilateral dengan Rusia dan Cina. Transisi diplomatik di negara penghasil minyak tersebut merupakan kepentingan mereka bersama, yang tergabung dalam kelompok ekonomi berkembang, BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan).

Bersama dengan Lima Group, Brasil kini fokus untuk membuat pemimpin oposisi Juan Guaido diakui di organisasi internasional. Araujo mengatakan, pemerintah Brasil berusaha menjalin kerja sama perdagangan dan kerja sama lainnya dengan Rusia serta Cina. Rencananya, presiden Brasil akan menghadiri petemuan puncak BRICS pada November mendatang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement