Rabu 10 Apr 2019 11:08 WIB

Netanyahu Berencana Lakukan Pemilu Israel Ulang

Netanyahu sudah berbicara tentang pembentukan koalisi baru.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melambaikan tangan ke pendukungnya setelah pemilu berakhir di Tel Aviv, Israel, Rabu (10/4).
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melambaikan tangan ke pendukungnya setelah pemilu berakhir di Tel Aviv, Israel, Rabu (10/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diprediksi berencana melakukan pemilihan ulang pada Rabu (10/4) pagi waktu setempat. Hal ini menyusul hasil hitung cepat yang menunjukkan keunggulannya di atas pesaing utamanya.

Baik Netanyahu maupun Benny Gantz, pemimpin Partai Blue and White menyatakan kemenangan dalam pidatonya di tengah keramaian pertemuan para pendukung. Namun, seiring berlalunya malam dengan suara yang hampir terkumpul 100 persen, ada tanda-tanda yang berkembang Partai Likud Netanyahu terdepan.

Baca Juga

Dengan kemenangan, Netanyahu akan meraih masa jabatan keempat berturut-turut dan kelima secara keseluruhan. Mungkin menurutnya, pemilihan ulang akan memberinya dorongan penting saat ia bersiap untuk tuduhan pidana dalam serangkaian skandal korupsi.

Hasil jajak pendapat awal yang dikeluarkan oleh stasiun TV utama Israel menunjukkan kedua pihak jauh di depan semua pesaing lainnya sehingga mengindikasikan Partai Gantz, Blue and White akan muncul sebagai pihak terbesar. "Pemilu kalah dan pemilu punya pemenang. Dan kita adalah pemenangnya," kata Gantz pada rapat umum kemenangan tak lama setelah tengah malam.

Dia bersumpah mengubah pola sistem politik Israel yang memecah belah. Ia juga berjanji menjadi perdana menteri bagi semua orang, bukan hanya orang-orang yang memilihnya.

Namun, ketika hasil suara mengalir sepanjang malam, Partai Likud tampaknya semakin kuat. Dengan lebih dari 90 persen suara dihitung, Likud memimpin tipis di atas Partai Blue and White, dengan koalisi Netanyahu diperkirakan akan mengambil 37 kursi, satu lebih dari Gantz.

Meskipun kedua partai sama-sama kekurangan mayoritas di parlemen dengan 120 kursi, hasil survei menunjukkan Likud dan sekutu religius dan nasionalisnya mengendalikan mayoritas yang solid. "Ini malam kemenangan yang luar biasa. Saya sangat tersentuh bangsa Israel sekali lagi mempercayakan saya untuk kelima kalinya, dan dengan kepercayaan yang bahkan lebih besar," ujar Netanyahu memberi tahu kemenangannya sendiri.

Dia mengatakan, sudah mulai berbicara dengan rekan-rekan sayap kanan dan partai-partai keagamaan tentang pembentukan koalisi baru. "Saya ingin memperjelas, ini akan menjadi pemerintah sayap kanan, tetapi saya bermaksud menjadi perdana menteri semua warga negara Israel, kanan atau kiri, baik Yahudi maupun non-Yahudi," katanya.

Pidato Netanyahu sangat kontras dari tema kampanyenya, di mana ia menuduh Gantz berkonspirasi dengan partai-partai Arab untuk menjatuhkannya. Para pemimpin Arab menuduh Netanyahu menjelek-jelekkan komunitas Arab di negara itu, yang merupakan sekitar 20 persen dari populasi.

Serangannya terhadap sektor Arab memicu seruan untuk boikot, sehingga menghasilkan jumlah pemilih Arab yang relatif rendah. Komisi pemilihan pusat Israel melarang pihak-pihak membawa kamera ke tempat pemungutan suara setelah para aktivis partai Likud ditangkap dengan kamera tersembunyi di kota-kota Arab.

Setelah hasil akhir masuk, perhatian akan beralih ke Presiden Reuven Rivlin. Presiden, yang tanggung jawabnya sebagian besar seremonial, ditunjuk memilih perdana menteri setelah berkonsultasi dengan para pemimpin partai dan menentukan siapa yang memiliki peluang terbaik menyusun koalisi mayoritas. Tanggung jawab itu biasanya diberikan kepada kepala partai terbesar.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement