Rabu 10 Apr 2019 14:01 WIB

Venezuela Buka Akses Palang Merah Internasional ke Penjara

Penjara Venezuela menjadi tempat tahanan politik ditahan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Ratusan orang menggelar aksi damai di berbagai kota di Venezuela sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Foto: EPA
Ratusan orang menggelar aksi damai di berbagai kota di Venezuela sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Komite Palang Merah Internasional mendapatkan akses ke penjara-penjara di Venezuela. Miami Herald, melaporkan pada Rabu (10/4) Palang Merah juga mendapatkan akses ke penjara yang dijaga militer di mana puluhan tahanan politik ditahan.

Para tahanan politik adalah para aktivis yang memprotes kesewenang-wenangan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Mereka menjadi bukti pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Maduro.

Baca Juga

Kantor berita Associated Press mengkonfirmasi kebenaran kunjungan Palang Merah ke penjara militer itu berdasarkan pengakuan pengacara hak asasi dan keluarga para aktivis yang ditahan. Presiden Palang Merah Internasional Peter Maurer menyelesaikan kunjungannya selama lima hari di Venezuela.

Kunjungan tersebut bagian upaya organisasi internasional itu untuk mengirimkan bantuan teknis dan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan rakyat Venezuela. Perwakilan Palang Merah mengunjungi penjara di 100 negara lebih setiap tahunnya.

Sebagai upaya memerika kondisi penahanan dan mengadakan percakapan pribadi dengan tahanan. Di mana para tahanan dapat menyuarakan keluhan mereka dan menitipkan pesan terhadap orang-orang terdekat mereka.

Tapi Venezuela menutup akses tersebut sejak 2012. Kunjungan Palang Merah ke penjara Venezuela ini dimulai dari 11 Maret ketika delegasi Palang Merah berkunjung ke penjara di Caracas, Simon Bolivar Center for the Formation of New Men, tempat delapan warga asing ditahan.

Tapi kunjungan yang lebih penting dilakukan dua pekan kemudian. Ketika mereka mengunjungi penjara Ramo Verde yang dikelola militer di luar Caracas, tempat 69 oposisi pemerintah dipenjara sebagai tahanan politik.

Sandra Hernandez yang suaminya Sersan Luis Figuero dipenjara di Ramo Verde sejak bulan Februari datang bersama Palang Merah Internasional. Sersan Figuero ditahan karena memimpin pemberontakan militer terhadap Maduro.

Hernandez mengunjungi penjara itu satu pekan sekali untuk mengirim kebutuhan dasar seperti pasta, beras, dan keju. Sesuatu yang semakin sulit ia dapatkan karena ia dipecat dari pekerjaannya sebagai guru dengan gaji 7 dolar AS per bulan.

Hernandez mengatakan ia dipecat karena pemberontakan yang dilakukan suaminya melawan pemerintah. Perempuan itu mengatakan jika bukan karena bantuan dari sanak-keluarganya di Spanyol maka suaminya akan kelaparan dengan jatah makan yang sangat sedikit di penjara.

Ia mengatakan suaminya tidak termasuk ke dalam kelompok kecil yang diizinkan berbicara dengan perwakilan Palang Merah. Hernandez berharap kunjungan Palang Merah ini dapat membantu memperbaiki kondisi buruk yang dialami tahanan.

Banyak para tahanan yang mengeluh sedikitnya perhatian terhadap kesehatan mereka. Selain itu ada yang mengaku disiksa di penjara tersebut. Associated Press tidak dapat mengkonfirmasi pengakuan tersebut.   

"Sangat penting mereka berbicara dengan tahanan dan melihat sendiri apa yang terjadi di dalam," kata Hernandez.

Palang Merah menolak untuk memberikan komentar. Mereka juga tidak banyak menyinggung tentang kunjungan ke penjara tersebut di media sosial Twitter. Mereka hanya mengatakan mulai melakukan kunjungan ke penjara yang dikelola pemerintah sipil.

Palang Merah tidak menyinggung tentang kunjungan mereka ke penjara yang dikelola militer. Organisasi-organisasi biasanya menolak menggambarkan kunjungan mereka kecuali dalam 'dialog rahasia' dengan pemerintah.

Menteri Penjara Venezuela Iris Varela mengatakan kunjungan ke penjara pemerintah saat ini dan yang akan datang menjadi bagian dari upaya Venezuela menunjukkan kepada dunia bagaimana mereka merehabilitas para tahanan. Baik pemerintah Venezuela maupun Palang Merah tidak mengatakan tentang kunjungan ke penjara yang dikelola militer.

Mayoritas para tahanan di Ramo Verde adalah personel militer yang dituduh merencanakan pemberontakan terhadap Maduro. Sisanya, termasuk lima mantan eksekutif perusahaan minyak dengan paspor AS, ditahan di penjara bawah tanah markas besar kontraintelijen Venzuela di Caracas.

"Ini langkah pertama yang penting, tapi jangan salah, ini juga upaya Maduro untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat internasional," kata pengacara hak asasi manusia Venezuela Alfredo Romero.

Romero diberitahu tentang kunjungan Palang Merah itu oleh salah satu sipir ketika ia mengunjungi kliennya di Roma Verde. "Ini tidak berarti pemerintah berniat untuk memperbaiki kondisinya," tambah Romero. 

Salah satu pejabat pemerintah Venezuela menurunkan arti penting kunjungan Palang Merah ini. Pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut mengatakan kunjungan Palang Merah Internasinal hanya bagian dari kerja sama yang lebih luas lagi dengan organisasi-organisasi internasional seperti World Food Program dan Pan America Health Organization.

Baru-baru ini Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Internasional mengaku mendapatkan izin dari Maduro untuk mengirimkan bantuan kepada 650 ribu warga Venezuela pada bulan ini. Sebelumnya Maduro menolak bantuan dan membantah adanya krisis kemanusiaan di negaranya.

Maduro menganggap bantuan tersebut sebagai upaya asing untuk mengintervensi Venezuela. Sementara itu ketua oposisi Juan Guaido yang mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden sementara mencoba menguasai distribusi bantuan Amerika Serikat (AS) untuk membangkitkan kesadaran rakyat menentang Maduro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement