Senin 15 Apr 2019 14:27 WIB

Perang Saudara di Libya Berpotensi Bangkitkan ISIS

Perang saudara Libya memberi ancaman nyata kekacauan seperti pada 2014.

Warga memilih meninggalkan Derna, Libya, setelah konflik menerpa wilayah tersebut. (ilustrasi)
Foto: EPA/Tarek Faramawy
Warga memilih meninggalkan Derna, Libya, setelah konflik menerpa wilayah tersebut. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ANTALYA -- Perang saudara saat ini di Libya menguntungkan kelompok gerilyawan fanatik ISIS. Semua dalam perang saudara yang memerangi ISIS sekarang saling menyerang," kata peserta program Timur Tengah dan Afrika Utara di Dewan Eropa mengenai Hubungan Luar Negeri Tarek Megerisi.

Ia memperingatkan kondisi itu memberi ISIS kesempatan baik untuk membenahi diri dan kembali ke kondisinya sebelumnya. Ia berbicara dalam satu pertemuan NATO di kota Laut Tengah Turki.

Baca Juga

Kondisi tersebut kembali dapat menjadi ancaman yang sangat nyata, potensi kekacauan pada 2014. Saat itu ISIS meraih kesempatan menjejakkan kaki di negeri tersebut, mengakibatkan krisis migrasi di Eropa.

"Hanya diperlukan waktu tiga hari dari awal perang bagi ISIS untuk melancarkan serangan pertama mereka, menyerbu kota kecil Libya, dan saya kira mereka melancarkan dua serangan lagi di negara bagian itu," katanya.

Megerisi berbicara pada Sabtu di Rose-Roth, seminar parlementer Kelompok Khusus Timur Tengah dan Laut Tengah (GSM), yang dituan-rumahi oleh Parlemen Turki. Anggota parlemen, pejabat, pemimpin militer dan kepala misi luar negeri dari negara anggota NATO termasuk di antara peserta pertemuan tersebut, yang dijadwalkan berakhir pada Ahad.

Pekan lalu, komandan militer Khalifa Haftar, yang berafiliasi dengan pemerintah yang berpusat di Libya Timur, melancarkan operasi untuk merebut Ibu Kota Libya, Tripoli, tempat Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung PBB berpusat.

Sejak penggulingan mendiang presiden Muammar Gaddafi pada 2011, dua pemerintah telah muncul di Libya: satu di Libya Timur, di bawah Khalifa Haftar, dan satu lagi di Tripoli yang mendapat dukungan PBB.

Front lain

Megirisi mengatakan jika serangan pasukan Haftar ke Tripoli dikalahkan, pasukannya dapat membawa perang ke Libya Timur. "Mereka sudah memikirkan untuk membuka front lain di Libya Timur dan Selatan," katanya.

"Kondisi perang memutar-balikkan semua keberhasilan kecil lain yang mungkin telah dinikmati oleh Libya selama dua tahun belakangan," ia menambah.

Megerisi berpendapat dukungan internasional yang telah diperoleh Haftar selama empat tahun belakangan ini telah memberi dia rasa kekebalan. "Itu adalah contoh besar mengenai salah satu masalahh mengenai kebijakan pendekatan di Libya selama empat atau tahun tahun belakangan ini, saat kita dengan susah-payah berusaha menyelesaikan gejala yang menegaskan konflik dan kekacauan Libya tanpa secara efektif membidik apa yang mengendalikannya," katanya.

"Haftar, seperti banyak orang lain di Libya, adalah pelaku non-negara. Pada 2014 dan 2015, Libya membentuk Pemerintah Kesepakatan Nasional, yang didukung oleh PBB, dan ini dilakukan sebagai kendaraan untuk menyelesaikan masalah di Libya," kata Megerisi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement