Ahad 21 Apr 2019 19:41 WIB

Satu WNI Berada di Hotel Shangri La Saat Bom Meledak

Kemenlu RI memastikan WNI berinisial KW selamat dari ledakan bom.

Rep: Mabruroh, Lintar Satria/ Red: Andri Saubani
Polisi dan pekerja penyelamat memeriksa sisa-sisa korban di tempat kejadian setelah ledakan di Gereja St Anthony di Kochchikade di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4/2019).
Foto: EPA-EFE/Stringer
Polisi dan pekerja penyelamat memeriksa sisa-sisa korban di tempat kejadian setelah ledakan di Gereja St Anthony di Kochchikade di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ledakan bom menghantam beberapa gereja dan hotel bintang lima di Kolombo, Sri Lanka hari ini, Ahad (21/4). Sejauh ini dilaporkan 138 orang meninggal dunia dalam insiden tersebut.

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan salah satu hotel yang terkena ledakan adalah hotel Shangri La. Ledakan sendiri terjadi pada pukul 09.00 waktu setempat.

Pada saat ledakan kata Iqbal, seorang WNI berinisial KW sedang berada di dalam hotel tersebut. Namun, setelahnya KBRI melakukan pencarian dan saat ini telah dipastikan bahwa WNI berinisial KW tersebut selamat dari insiden bom.

“KBRI Kolombo sudah memastikan bahwa yang bersangkutan dalam keadaan selamat dan sudah dievakuasi oleh aparat keamanan Sri Lanka,” kata Iqbal kepada Republika dalam pesan tertulis, Ahad (21/4).

Sedangkan lanjut Iqbal, beberapa WNI lainnya yang menginap di hotel Shangri La sedang tidak berada di lokasi pada saat ledakan bom terjadi. Namun, Iqbal tidak merincikan berapa total WNI yang berada di Hotel Shangri La.

Sampai saat ini ungkapnya, KBRI Kolombo masih terus memantau perkembangan pasca ledakan bom dengan otoritas setempat. Termasuk kondisi WNI yang berada di sekitar lokasi kejadian.

Setidaknya 185 orang tewas dan ratusan lainnya dilarikan ke rumah sakit dalam ledakan di tiga gereja dan tiga hotel mewah di Sri Lanka. Petugas keamanan setempat mengatakan ledakan yang terjadi pada Hari Raya Paskah ini, menjadi serangan paling mematikan sejak perang saudara yang berakhir 10 tahun yang lalu.

Salah satu petugas keamanan mengatakan dua ledakan diduga dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri. Petugas tersebut tidak bisa disebutkan namanya karena ia tidak berwenang menyebarkan informasi ini.

Petugas itu mengatakan para korban adalah jemaat gereja dan pengunjung hotel. Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengadakan pertemuan dewan keamanan nasional di rumahnya usai ledakan terjadi.

"Saya sangat mengutuk serangan pengecut yang dilakukan terhadap rakyat kami hari ini, saya meminta rakyat Sri Lanka untuk tetap bersatu dan kuat dalam masa sulit ini, mari hindari laporan propaganda dan spekulasi yang tidak terverifikasi, pemerintah segera melakukan langkah untuk menangani situasi ini," kata Wickremesinghe, media sosial Twitter, Ahad (21/4).

Ledakan ini mengingatkan perang saudara yang pernah terjadi di Sri Lanka. Ketika mereka berperang melawan pemberontak Tamil. Kelompok itu mengincar Bank Negara, mal, kuil buddha dan hotel yang ramai dikunjungi turis. Gereja Santa Anthony dan tiga hotel yang meledak berada di kota terbesar di Sri Lanka, Colombo. Daerah yang sering dikunjungi wisatawan asing.

Kelompok Kristen mengaku dalam beberapa tahun terakhir ini intimidasi dari kelompok ekstrimis Buddha semakin meningkat. Pada tahun lalu komunitas Buddha, Sinhalese juga bentrok dengan minoritas Muslim.

Beberapa anggota ekstrimis Buddha mengatakan, para Muslim memaksa mereka masuk Islam. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.

Namun, India Today melaporkan sepuluh hari sebelumnya kejadian polisi Sri Lanka sudah memperingatkan tentang bom ini. Peringatan itu menyebutkan tentang serangan teroris yang mengincar sejumlah gereja terkenal di seluruh Sri Lanka. Pihak berwenang pun sudah memperketat pengamanan.

"Intelijen luar negeri sudah melaporkan NTJ (National Thowheeth Jama'ath) berencana melakukan serangan bunuh diri yang mengincar gereja terkenal dan juga komisi tinggi India di Colombo," kata peringatan itu, seperti dilaporkan India Today.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement