Senin 22 Apr 2019 12:27 WIB

Siapa Pelaku Teror Sri Lanka?

Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas bom Sri Lanka.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Sri Lanka berjaga di luar Gereja St Anthony's, sehari setelah serangan di Kolombo, Sri Lanka, Senin (22/4). Laporan terbaru menyebutkan korban tewas sudah mencapai 290 orang.
Foto: AP Photo/Gemunu Amarasinghe
Tentara Sri Lanka berjaga di luar Gereja St Anthony's, sehari setelah serangan di Kolombo, Sri Lanka, Senin (22/4). Laporan terbaru menyebutkan korban tewas sudah mencapai 290 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Seorang pria di Negombo mengatakan, ia dan istrinya ingin menghadiri misa di gereja St Sebastian, Negombo pada Ahad (21/4). "Gereja kemarin sangat ramai sehingga tidak ada tempat untuk saya dan istri. Saya tidak ingin berdiri sehingga saya pergi ke gereja lain," kata Dilip Fernando dilansir BBC, Senin (22/4).

Keputusan tersebut menyelamatkan nyawa mereka. Usai kepergiannya, bom meledak selama misa paskah.

Baca Juga

Beberapa keluarga Dilip ada di dalam. Mereka selamat. Keluarganya, menurut Dilip, yakin melihat pelaku pengeboman itu masuk. "Pada akhir misa, mereka melihat seorang pemuda masuk ke gereja dengan tas yang berat. Dia menyentuh kepala cucu perempuan saya. Dia adalah pengebom," katanya.

Hingga kini, belum ada siapa pun yang mengklaim melakukan serangan terkoordinasi kemarin. Meski demikian, kepolisian Sri Lanka mengatakan telah menangkap 24 orang yang kini sudah berada dalam tahanan.

Dilansir di Straits Times, Ahad (21/4), Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan sejauh ini nama-nama yang muncul usai penangkapan adalah nama-nama lokal orang Sri Lanka. Pejabat masih menyelidiki apakah mereka memiliki dukungan atau koneksi di luar negeri. Sejauh ini, belum ada ada informasi lain soal orang-orang yang ditahan tersebut.

Wickremesinghe juga mengakui polisi menerima pesan intelijen tentang kemungkinan serangan 10 hari sebelum serangan terjadi. Ia pun sedang melakukan penyelidikan untuk mengetahui mengapa tindakan pencegahan yang memadai tidak dilakukan.

Sepuluh hari sebelum ledakan ini, kepala polisi Sri Lanka membuat peringatan nasional pengebom bunuh diri berencana menghancurkan gereja-gereja terkemuka. Kepala Polisi Pujuth Jayasundara mengirim peringatan intelijen kepada perwira tinggi pada 11 April yang menetapkan ancaman itu.

"Sebuah badan intelijen asing telah melaporkan NTJ (National Thowheeth Jama'ath) berencana melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan gereja-gereja terkemuka serta komisi tinggi India di Kolombo," kata peringatan itu.

NTJ adalah kelompok radikal di Sri Lanka yang mulai dikenal pada 2018 ketika dikaitkan dengan vandalisasi patung Budha. Meski demikian, hingga berita ini diterbitkan belum ada yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan ini.

Menurut sensus negara 2012, dari sekitar 22 juta populasi Sri Lanka, 70 persen beragama Budha, 12,6 persen Hindu, 9,7 persen Muslim, dan 7,6 persen Kristen. Hanya sekitar enam persen dari populasi adalah Katolik, tetapi agama tersebut dipandang sebagai kekuatan pemersatu karena mencakup orang-orang dari minoritas Tamil dan kelompok etnis mayoritas Sinhala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement