Senin 22 Apr 2019 18:01 WIB

Sri Lanka Akui Ada Peringatan Intelijen Sebelum Serangan Bom

Peringatan intelijen terkait serangan bom Sri Lanka diberikan pada 9 April.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Evakuasi pascaserangan bom di Sri Lanka
Foto: Youtube
Evakuasi pascaserangan bom di Sri Lanka

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Menteri Kesehatan Sri Lanka, Rajitha Senaratne mengatakan, dua pekan sebelum rangkaian serangan bom terjadi, terdapat memo peringatan yang dikirim kepada pihak berwenang Sri Lanka. Memo tersebut berisi nama-nama pelaku rangkaian serangan bom yang terjadi pada Ahad(21/4) lalu.

"Empat belas hari sebelum insiden ini terjadi, kami telah diberitahu. Pada tanggal 9 April, kepala intelijen nasional menulis surat, dan dalam surat tersebut banyak nama-nama anggota organisasi teroris yang ditulis," ujar Senaratne, dilansir The Guardian, Senin (22/4).

Baca Juga

Senaratne mengatakan, memo intelijen tersebut menyebut bahwa kelompok radikal Islam, National Thowheet Jama'ath sebagai otak di balik rangkaian serangan bom. National Thowheeth Jama'ath adalah kelompok Islam radikal yang baru dibentuk di Sri Lanka, dan merupakan pendukung kuat gerakan jihadis global. Kelompok itu dikenal sebagai anti-Buddhis yang kejam, dan telah dikaitkan dengan perusakan patung-patung Buddha. Empat anggota mereka ditangkap pada Januari lalu. 

Senaratne mengungkapkan, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, dan kabinetnya tidak diberitahu tentang memo peringatan itu karena mereka tidak diundang ke pertemuan dewan keamanan nasional, yang dipimpin oleh Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena. Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa akan ada politisasi kegagalan keamanan. 

Keretakan hubungan antara Wickremesinghe dan Sirisena terjadi setelah upaya gagal presiden untuk memecat perdana menteri pada bulan Oktober.  Ada kekhawatiran negara itu dapat berada dalam kekacauan politik. Senaratne mengatakan kepada konferensi pers bahwa para penyelidik percaya bahwa mereka yang melakukan serangan itu adalah warga negara Sri Lanka, tetapi tidak mengesampingkan bahwa para penyerang mendapat bantuan internasional.

Juru bicara kepolisian, Ruwan Gunasekara mengatakan, mereka telah menangkap sebuah van dan sopir yang diduga membawa para tersangka ke Kolombo. Polisi juga telah menggerebek sebuah rumah persembunyian yang digunakan oleh para pelaku serangan bom. 

Pada Senin pagi, presiden dan perdana menteri mengadakan pertemuan dengan para pejabat tinggi militer dalam sesi darurat dewan keamanan nasional, untuk menyelidiki serangan. Klaim Wickremesinghe digemakan oleh Menteri Telekomunikasi, Harin Fernando, yang pada Ahad malam, mengunggah gambar memo dari dinas intelijen di Twitternya. Memo tersebut tercatat tanggal 11 April 2019 dan menguraikan rincian kemungkinan serangan yang direncanakan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement