Kamis 25 Apr 2019 15:45 WIB

Putin Dan Kim Jong-un Bertemu Pertama Kalinya di Rusia

Red:
abc news
Foto: abc news
abc news

Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pembicaraan dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan menyebut pertemuan puncak itu akan membantu merencanakan upaya bersama untuk menyelesaikan kebuntuan atas program nuklir Pyongyang.

Poin utama:

• Vladimir Putin adalah pemimpin dunia keenam yang bertemu Kim Jong-un
• Rusia berharap untuk menunjukkan bahwa negaranya adalah pemain diplomatik global
• Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan sejumlah negosiasi akan 'menantang'

Sebelum memulai perundingan, kedua pemimpin itu berjabat tangan di luar tempat pertemuan puncak, yakni sebuah kampus universitas, kemudian duduk di ruang konferensi untuk bertukar salam di depan kamera televisi.

Putin mengatakan ia berharap kunjungan Kim akan, "membantu kami lebih memahami dengan cara apa kami bisa mencapai penyelesaian di semenanjung Korea, apa yang bisa kami lakukan bersama, apa yang bisa Rusia lakukan untuk mendukung proses positif yang sekarang sedang berlangsung".

"Tanpa keraguan, kami menyambut upaya Anda untuk mengembangkan dialog antar Korea, dan untuk menormalkan hubungan Korea Utara-AS," kata Putin.

Kim, yang tiba di Vladivostok sehari sebelumnya dengan kereta, mengatakan kepada Putin bahwa pertemuan itu akan membantu memperkuat dan mengembangkan hubungan antara Rusia dan Korea Utara, yang memiliki sejarah persahabatan yang panjang.

Pertemuan tingkat tinggi (KTT) ini memberi Pyongyang kesempatan untuk mencari dukungan dari sumber baru dan kemungkinan bantuan dari sanksi yang merugikan ekonominya.

Bagi Kremlin, KTT ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa negara mereka adalah aktor diplomasi global, meskipun ada upaya dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk mengisolasinya.

Kunjungan pertama Kim ke Rusia dilakukan sekitar dua bulan setelah pertemuan puncak keduanya dengan Presiden AS Donald Trump, yang gagal karena perselisihan mengenai sanksi yang dipimpin AS, yang mengubur harapan akan adanya terobosan dalam isu nuklir puluhan tahun.

Tetapi dengan Moskow berkomitmen untuk menegakkan sanksi sampai Korea Utara membongkar program nuklirnya, para analis mengatakan KTT itu tidak mungkin menghasilkan bantuan nyata bagi Pyongyang, di luar unjuk rasa persahabatan.

Putin adalah pemimpin dunia keenam yang bertemu Kim sejak ia mengambil kendali negara tertutup itu pada tahun 2011.

Ada peningkatan keamanan di sekitar Vladivostok dalam persiapan untuk KTT tersebut, dengan kehadiran polisi yang luar biasa banyak, terutama di kampus universitas di pulau Russky di mana pembicaraan berlangsung.

Bendera Rusia dan Korea Utara berkibar di sekitar universitas.

Persahabatan untuk Rusia

KTT terakhir Putin dengan pemimpin Korea Utara terjadi pada tahun 2002 ketika Kim Jong-il, ayah dan pendahulu Kim Jong-un, masih menjabat.

Kim membangkitkan "kecintaan besar ayahnya terhadap Rusia" dan mengatakan ia bermaksud untuk memperkuat hubungan kedua negara.

Penasihat urusan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, mengatakan kepada media Rusia bahwa KTT ini akan fokus pada program nuklir Korea Utara, dengan menyebut Rusia akan berusaha untuk "mengkonsolidasikan tren positif" yang berasal dari pertemuan Trump dengan Kim.

Pyongyang, sementara itu, mengecam Korea Selatan karena melakukan latihan angkatan udara bersama dengan Amerika Serikat, kata kantor berita Korea Selatan, Yonhap.

"[Latihannya], jauh dari upaya untuk menjaga kelestarian percikan perdamaian, rekonsiliasi, dan kerja sama yang berharga, telah bertentangan dengan tren menuju rekonsiliasi di semenanjung," tulis sebuah pernyataan dari Pemerintah Korea Utara.

"Pihak berwenang Korea Selatan harus berperilaku dengan hati-hati, sadar bahwa penolakan terbuka mereka terhadap [Korea Utara] kami pada saat yang menentukan, apakah untuk menjaga atmosfer peningkatan hubungan utara-selatan bisa membuat keseluruhan hubungan bilateral dalam bahaya," tambahnya.

Kim ingin AS untuk memudahkan sanksi untuk membalas beberapa langkah pelucutan rudal sebagian yang diambilnya tahun lalu.

Tetapi AS bersikeras sanksi akan tetap diberlakukan sampai Korea Utara membuat langkah denuklirisasi yang lebih signifikan.

Diplomasi yang tak mulus

Beberapa ahli mengatakan Kim bisa mencoba meningkatkan hubungan negaranya dengan Rusia dan China.

Yang lain mengatakan tak jelas seberapa besar peran Rusia dalam upaya memulai kembali perundingan nuklir.

Namun, pertemuan itu bisa memungkinkan Putin untuk mencoba meningkatkan pengaruhnya dalam politik kawasan dan kebuntuan atas program nuklir Korea Utara.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan, pembicaraan dengan Korea Utara akan "menantang" dan kepemilikan senjata nuklir membuat negara itu berisiko, bukannya malah membuat aman.

"Ada lebih banyak nuansa dalam percakapan itu ketimbang sekadar," Hei, mereka memiliki sikap, kami memiliki sikap; kami menarik diri," kata Pompeo tentang pertemuan Trump-Kim di Hanoi.

"Kami harap kami bisa membangun itu."

Ikuti berita-berita lain di situs ABC Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement