Jumat 26 Apr 2019 09:31 WIB

Pascatragedi Bom, Ratusan Muslim Sri Lanka Terintimidasi

Orang muslim takut untuk tinggal di rumah mereka.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Aksi pasukan keamanan di Sri lanka pasca serangan bom sebuah mobil dekat Gereja St. Anthony Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka
Foto: EPA
Aksi pasukan keamanan di Sri lanka pasca serangan bom sebuah mobil dekat Gereja St. Anthony Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 700 pengungsi muslim Sri Lanka yang dianiaya akibat meningkatnya ketegangan komunal pascatragedi bom, telah mengungsi. Mereka memilih bersembunyi dan melarikan diri dari kediaman mereka di kota pelabuhan Negombo, Sri Lanka.

Menurut laporan The Guardian pada Kamis (25/4) waktu setempat, sekitar 500 muslim diantaranya telah dilindungi di satu kota (nama kota tidak disebutkan oleh Guardian). Di kota tersebut, para polisi memberikan penjagaan. Sedangkan di luar kota, puluhan penduduk memprotes dan menyerukan agar kelompok muslim itu diusir dari daerah tersebut.

"Orang-orang ini harus ditarik keluar dari tempat ini. Kami tidak menginginkannya. Kami tidak membutuhkan pengungsi Pakistan,” kata seorang anggota dewan provinsi setempat, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (25/4).

Seorang aktivis Sri Lanka, Ruki Fernando mengungkap bahwa ia telah melihat beberapa serangan terhadap rumah orang muslim. Bahkan beberapa pengungsi dipukuli juga dilempari batu sehingga orang muslim takut untuk tinggal di rumah mereka.

Babar Baloch, juru bicara UN Refugee Regency (UNHCR) mengatakan badan tersebut telah menerima kabar dari para pengungsi bahwa mereka telah menjadi target ancaman dan intimidasi.

“Kami terus berupaya memastikan mereka aman. Sekitar 1.600 pengungsi dan pencari suaka terdaftar di UNHCR di Sri Lanka. UNHCR juga bekerja erat dengan otoritas lokal dan nasional untuk memastikan keamanan dan keselamatan semua pengungsi dan pencari suaka. Selama masa ini kecemasan dan kepedulian yang meningkat," kata Baloch.

Sementara itu di sisi lain, Dewan Muslim Sri Lanka bersepakat untuk tidak memakamkan tubuh para teroris di tanah pemakaman masjid. Pada mulanya dewan komunitas para teolog (sebuah badan cendekiawan agama) menolak gagasan itu, tetapi akhirnya mengalah dan kemudian menyetujuinya.

"Komunitas Muslim sangat marah terhadap para teroris yang melakukan pembom-an," kata Hilmy Ahmed, seorang pejabat tinggi dewan, sebuah organisasi payung kelompok masyarakat sipil Muslim.

Diketahui, tragedi bom pada Minggu Paskah di Srilanka telah menewaskan sekitar 253 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement