Selasa 07 May 2019 20:32 WIB

Jerman Sebut Pemungutan Ulang Turki tak Transparan

Hubungan Turki dan Jerman memburuk sejak 2018.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Pendukung kandidat wali kota Istanbul dari partai oposisi Turki Republican People's Party's (CHP), Ekrem Imamoglu, memegang bendera Turki di Istanbul, Senin (6/5).
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Pendukung kandidat wali kota Istanbul dari partai oposisi Turki Republican People's Party's (CHP), Ekrem Imamoglu, memegang bendera Turki di Istanbul, Senin (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan keputusan Turki untuk menganulir hasil pemungutan suara di pemilihan kepala daerah Istanbul tidak transparan dan tidak dapat dipahami. Turki membatalkan hasil pemilu di Istanbul di mana kandidat Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan kalah.

"Keputusan Dewan Tinggi Pemilu untuk menganulir hasil pemilihan daerah di Istanbul dan memerintahkan pemungutan suara ulang di mata kami tidak transparan dan tidak dapat dipahami," kata Maas, Selasa (7/5).

Baca Juga

Dalam pernyataannya, pemilih Turki yang harusnya memutuskan siapa yang berada di kantor wali kota Istanbul. Ia menambahkan dasar prinsip demokrasi dan pemilihan umum yang transparan menjadi yang paling penting.

Sebelumnya, oposisi pemerintah Turki yang memenangkan pemilihan umum daerah di Ankara dan Istanbul menyebut pemungutan suara ulang sebagai kudeta. Dewan Tinggi Pemilu mengabulkan permintan partai berkuasa AKP.

Partai Erdogan AKP menggugat hasil pemilu 31 Maret lalu yang memenangkan Ekrem Imamoglu. Pemungutan suara kedua di Istanbul akan digelar pada 23 Juni. Partai Erdogan mengklaim pemungutan suara dicurangi.

"Kehendak rakyat telah diinjak-injak," kata ketua Partai Nasionalis Meral Aksener yang mendukung Imamoglu.

Surat kabar oposisi pemerintah Birgun menyebut keputusan tersebut sebagai kudeta. Menurut mereka, langkah ini menunjukan keadilan telah dikorbankan. Karena ketidakpastian politik lira Turki kembali melemah.

Hubungan Turki dan Jerman memburuk sejak 2018. Usai Jerman tersingkir dari Piala Dunia 2018. Pemain sepakbola tim nasional Jerman keturunan Turki Mesut Ozil dan Ilkau Gundogan dikritik oleh Asosiasi sepak bola Jerman (DFB) karena bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Kedua pemain Liga Primer tersebut bertemu Erdogan di kedutaan besar Turki di London, Inggris. Foto-foto pertemuan tersebut tersebar di media sosial dan Ketua Umum DFB Reinhard Grindel mengecam pertemuan itu.  

Hal ini membuat Oziel mengundurkan diri dari tim nasional Jerman. Dalam surat pengunduran dirinya yang diunggah di media sosial, Oziel dengan lugas mengungkapkan kekecewaannya atas perlakukan rasialis yang ia terima dari Grindel. Oziel mengatakan Grindel tidak mampu melaksanakan tugas dengan benar. Ia justru menyalahkan dirinya atas tersingkirnya Jerman di Piala Dunia.

"Saya (warga) Jerman ketika kami menang dan imigran ketika kami kalah. Hal ini terjadi meski saya membayar pajak di Jerman, mendonasikan fasilitas di sekolah Jerman dan memenangkan Piala Dunia 2014 bersama Jerman, saya masih tidak bisa diterima oleh masyarakat, saya diperlakukan berbeda," tulis Oziel.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement