Selasa 07 May 2019 12:11 WIB

Qatar Sumbang Rp 6,8 Triliun untuk Palestina

Sebanyak 19 warga Palestina meninggal akibat serangan Israel.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Asap tebal terlihat di Gaza, Palestina, Ahad (5/5), setelah dihantan roket Israel.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Asap tebal terlihat di Gaza, Palestina, Ahad (5/5), setelah dihantan roket Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah pernyataan menyatakan menjanjikan 480 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitra Rp 6,8 triliun untuk mendukung warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza, Senin (6/5).

Qatar mengalokasikan 300 juta dolar AS (Rp 4,2 triliun) dalam bentuk hibah dan pinjaman kepada Otoritas Palestina untuk sektor kesehatan dan pendidikan. Lalu 180 juta dolar (Rp 2,57 triliun) lainnya akan digunakan untuk bantuan darurat, bantuan kemanusiaan, serta mendukung program-program PBB di Palestina. Selain itu, juga mendukung layanan listrik.

Baca Juga

Sebelumnya, para pejabat Palestina melaporkan Mesir telah menengahi gencatan senjata pada Senin (6/5) pagi. Putaran terakhir pertempuran terjadi tiga hari lalu, kemudian memuncak pada Ahad (5/5).

Sebanyak 19 warga Palestina meninggal akibat serangan Israel. Lebih dari setengah korban meninggal adalah warga sipil. Sementara roket, dan rudal dari Gaza menewaskan empat warga sipil di Israel.

Dua pejabat Palestina dan sebuah stasiun TV milik Hamas mengatakan, gencatan senjata telah dicapai pada pukul 04.30 wakgtu setempat. Kemudian tampaknya mereka telah menghentikan aksinya agar tidak meluas.

Para pejabat Israel tidak berkomentar apakah gencatan senjata telah dicapai. Militer Israel mengatakan, lebih dari 600 roket dan proyektil lainnya menyasar ke kota dan desa Israel.

Namun, lebih dari 150 diantaranya dicegat oleh sistem antirudal Iron Dome. Israel menyerang sekitar 320 target milik kelompok pejuang Gaza.

Sirene roket di Israel selatan menyala terus menerus selama akhir pekan. Ini membuat penduduk berlarian untuk berlindung. Militer Israel melaporkan tidak ada serangan udara baru di Gaza.

Mesir dan PBB telah berusaha menengahi gencatan senjata. Sebelumnya, menurut keterangan militer Israel, gejolak dimulai ketika seorang penembak jitu dari kelompok pejuang Palestina, Jihad Islam menembaki pasukan Israel. Dari kejadian itu melukai dua tentaranya. Jihad Islam mengatakan Israel menunda implementasi pemahaman sebelumnya dalam upaya untuk mengakhiri kekerasan dan mengurangi kesulitan ekonomi Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement