Kamis 09 May 2019 19:09 WIB

Pembangunan Tahap Dua RS Indonesia di Gaza Butuh 70 Miliar

Pembangunan tahap kedua RS Indonesia di Gaza kerap hadapi kendala karena Israel

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Sarbini Abdul Murad bersama Head Of Fundraising Division Luly Larissa dan Presidium MER-C Arief Rachman (dari kiri) memaparkan pendapat saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Kamis (9/5).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Sarbini Abdul Murad bersama Head Of Fundraising Division Luly Larissa dan Presidium MER-C Arief Rachman (dari kiri) memaparkan pendapat saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Kamis (9/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) diketahui sedang melakukan pembangunan tahap kedua Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Palestina. MER-C menaksir, biaya yang diperlukan untuk itu sebesar Rp 70 miliar.

"Estimasi biaya untuk fisik bangunan (RS Indonesia) dan alat kesehatan membutuhkan kurang lebih sekitar Rp 70 Miliar. Jauh lebih kecil dibanding dengan tahap pertama pembangunan yang memakan biaya Rp 120 Miliar," kata Presidium MER-C, dr Arief Rachman kepada Republika.co.id, Kamis (9/5).

Baca Juga

Sebelumnya, pembangunan tahap pertama RS Indonesia diakui memakan lebih banyak biaya. Sebab, adanya pembangunan lantai dasar (basement) dan pihaknya juga mendatangkan cukup banyak alat medis berteknologi tinggi.

Kali ini, pembangunan tahap kedua juga memerlukan penambahan alat-alat medis berteknologi tinggi. Yang harus dibeli hanya endoskopi dan alat-alat di ruang intensive care unit (ICU). Kemudian, ada pula sejumlah tempat tidur pasien yang akan ditempatkan di ruang rawat inap baru.

RS Indonesia sudah memiliki bangunan dua lantai dengan basement. Pada pembangunan tahap kedua, jelas Arief, pihaknya akan membangun lantai tiga dan lantai empat bangunan rumah sakit tersebut.

Sejauh ini, sudah sebulan lamanya proses pembangunan tahap kedua terus berlangsung. "Sebanyak 28 orang sedang bekerja di sana (Gaza), seorang insinyur satu orang, selevel mandor lima orang, dan sisanya tukang bangunan dengan berbagai keahlian, mereka dari indonesia semuanya," ujarnya.

Arief menyampaikan, MER-C juga merekrut dua insinyur lokal. Seorang staf mengurus keamanan, sedangkan staf lainnya membantu masalah pertukangan bangunan. Akan tetapi, proses pembangunan bisa terpaksa berhenti bila serangan dari arah Israel terjadi di Gaza. Itu menjadi salah satu kendala renovasi RS Indonesia di sana.

Kendala lainnya, tutur dia, adalah adanya kebijakan buka-tutup perbatasan Palestina-Mesir. Ketika perbatasan ditutup, maka material bangunan akan sulit masuk ke Gaza.

photo
Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaedi menerima cindermata dari Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Sarbini Abdul Murad saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Kamis (9/5).

MER-C pun mengajak masyarakat Indonesia untuk membantu pembangunan tahap kedua RS Indonesia. Karena Bangsa Palestina di Gaza sangat membutuhkan kehadiran RS Indonesia yang kapasitas dan fasilitasnya lebih banyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement