Sabtu 13 Apr 2019 15:57 WIB

AS: Pernyataan Netanyahu tak Ganggu Perdamaian Timur Tengah

Netanyahu yang kembali terpilih sebagai perdana menteri Israel.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Rekor Netanyahu jadi perdana menteri kelima kali.
Foto: Republika.co.id
Rekor Netanyahu jadi perdana menteri kelima kali.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan apa yang dikatakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang aneksasi Tepi Barat tidak akan menganggu proses perdamaian di Timur Tengah. Ia meyakini tak akan ada  perubahan dari proses untuk mencari solusi yang sudah dijalankan hingga saat ini.

“Saya pikir bahwa visi yang akan kami paparkan mewakili perubahan signifikan dari model yang telah digunakan,” ujar Pompeo kepada CNN pada Jumat (12/4).

Baca Juga

Sebelumnya, Ketua Komite Urusan Luar Negeri Kongres AS Elliot Engel dan Anggota Kongres Ted Deutch, Brad Scheneider, serta Nita Lowey mengatakan pernyataan Netanyahu memicu kekhawatiran terhadap perdamaian di Timur Tengah. Perdamaian di Timur Tengah, secara khusus antara Palestina dan Israel. Selama beberapa dekade, konflik antara kedua pihak terjadi.

Palestina terus berusaha mencari cara untuk mendirikan sebuah negara yang merdeka, di tanah yang dijajah Israel sejak 1948. Solusi dua negara, yang menjadi upaya untuk mengakhiri konflik telah didukung oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Melalui solusi dua negara, Palestina akan menjadi sebuah negara merdeka dan memiliki teritori di wilayah-wilayah yang menjadi sengketa dengan Israel. Namun, Israel menginginkan Palestina tidak pernah berdiri sebagai sebuah negara merdeka dan hanya menjadi daerah otonomi di bawah administrasi mereka.

Netanyahu yang kembali terpilih sebagai perdana menteri Israel dan akan menjalankan jabatan itu untuk kelima kalinya kerap mengatakan isu aneksasi Tepi Barat. Dalam kampanye yang ia lakukan, Netanyahu kerap menekankan bahwa jika menjabat kembali sebagai perdana menteri, maka wilayah permukiman warga Israel yang ilegal akan dianeksasi.

Sejumlah analis meyakini bahwa pemerintahan yang kembali dipimpin oleh pria dengan sapaan Bibi ini akan lebih banyak memiliki politisi sayap kanan di dalamnya, membuat tekanan untuk Palestina semakin kuat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement