Kamis 02 May 2019 17:08 WIB

Iran Nyatakan Ingin Bersahabat dengan Saudi dan Negara Teluk

Iran dan negara teluk mengalami ketegangan beberapa dekade ini.

Rep: Puti Almas/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Pemerintah Iran menginginkan hubungan baik dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, serta negara-negara Teluk Arab lainnya. 

Dalam sebuah pernyataan melalui Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, negara-negara itu juga diminta mengakhiri konflik di kawasan regional mereka, salah satunya adalah perselisihan dengan Qatar.   

Baca Juga

Zarif mengatakan, Iran saat ini memiliki hubungan yang sangat baik dengan Qatar, Kuwait, dan Oman. Karena itu, negara tersebut berharap dapat demikian halnya dengan Arab Saudi dan UEA, serta negara-negara Teluk Arab secara keseluruhan.    

“Kami berharap untuk memiliki hubungan yang baik seperti itu dengan Arab Saudi, Bahrain, dan UEA,” ujar Zarif dalam sebuah pernyataan usai menghadiri acara Kerjasama Asia di Doha, sebagaimana dilansir radiofarda.com, Kamis (2/5).    

Zarif juga mengatakan, Iran menentang tekanan terhadap Qatar. Dia meyakini bahwa apa yang dilakukan terhadap Qatar bertentangan dengan hukum internasional.     

Selama ini, Iran dan Arab Saudi menjadi dua negara yang bermusuhan dan membawa pengaruh ketegangan di Timur Tengah. Masing-masing negara disebut bersaing untuk mendapatkan pengaruh paling besar di kawasan tersebut.    

Iran dan Arab Saudi juga terlibat dalam apa yang dikenal sebagai ‘perang proksi’ dengan mendukung pihak-pihak yang berkonflik di Yaman. Sebelumnya, pada 2016 Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran setelah mendapatkan protes melalui aksi unjuk rasa karena dilakukannya eksekusi terhadap seorang ulama Syiah.  

Pada awal Juni 2017, Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir melakukan blokade terhadap Qatar. Hal itu dilakukan dengan alasan Qatar telah merusak dan memperburuk masalah regional Timur Tengah dengan menjadi pendukung kelompok teroris, termasuk Ikhwanul Muslimin. 

Negara itu juga disebut mendanai, merangkul terorisme, ektremisme, serta organisasi sektarian yang dianggap berbahaya untuk keamanan kawasan tersebut.    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement