Jumat 17 May 2019 19:53 WIB

Mengapa Israel Getol Serang Gaza Saat Puasa? Ini Jawabannya

Israel tidak pernah ridha dengan meningkatnya keagamaan Gaza.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang remaja Palestina di rumahnya yang hancur akibat serangan udara Israel di Gaza City, Palestina, Senin (6/5).
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Seorang remaja Palestina di rumahnya yang hancur akibat serangan udara Israel di Gaza City, Palestina, Senin (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki awal Ramadhan, Israel kembali melancarkan serangan ke wilayah Palestina hingga menewaskan puluhan warga sipil. Meski begitu warga Palestina khususnya di Gaza tetap semangat menjalani ibadah pada bulan suci ini.  

Imam asal Gaza, Muzhaffar S A Alnawati, mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada satu pun Ramadhan tanpa serangan Israel. "Tabiat Israel selalu ingin merusak syiar Islam. Mereka tidak pernah ridha terhadap Islam sehingga salah satunya dengan merusak kesucian Ramadhan," katanya saat ditemui Republika.co.id di Masjid Al Aqwam, Jakarta, pada Rabu lalu, (15/5). 

Baca Juga

Beruntung, kata dia, warga Gaza masih dapat bertahan dan masih diberikan kekuatan serta kemampuan untuk menjalankan ibadah. "Menjalani Ramadhan di tengah konflik sudah biasa bagi warga Gaza," lanjut Imam Muzhaffar.  

Dia menjelaskan, Ramadhan merupakan bulan yang sangat diberkahi. Hanya saja orang-orang di Gaza dalam kondisi yang sangat banyak tantangan, sehingga mereka berupaya memaksimalkan Ramadhan sesuai kemampuan mereka. 

Walau demikian, tuturnya, ketika Ramadhan datang, warga Gaza lebih semangat dalam melakukan beragam kegiatan termasuk beribadah. Orang-orang kaya di Gaza pun semakin banyak berinfak demi mendapat keutamaan Ramadhan.

Pada bulan Ramadhan, masyarakat Muslim dari seluruh dunia juga semakin banyak yang berdonasi untuk warga Gaza. "Saya ada teman dari London, Indonesia, dan lainnya yang berinfak lewat saya. Setelah infaknya diterima, saya langsung belikan kebutuhan pokok untuk dibagi-bagikan saat Ramadhan semangat berbagi lebih tinggi lagi," jelasnya. 

Meski Ramadhan kali ini, dia berada di Indonesia, namun program berbagi tersebut tetap berjalan di Gaza. "Anak saya yang menjalankannya," ujar Imam Muzhaffar.   

Lebih lanjut, dia bercerita, blokade yang dilakukan Israel, membuat orang luar dipersulit bila ingin masuk Gaza. Akibatnya, penyaluran logistik ke warga Gaza pun tidak mudah. 

"Logistik boleh masuk tapi dipersulit. Misalnya 100 kilogram mau masuk maka tidak boleh semuanya melainkan setengahnya," kata dia. 

Bahkan Israel melarang, warga Gaza yang tinggal dekat laut untuk mengambil banyak ikan dari laut tersebut. Akibatnya, harga ikan di sana mahal. 

Dirinya mengingatkan, membebaskan Palestina dari jajahan Israel bukan hanya tugas Muslim di Palestina melainkan umat Islam di dunia. Imam Muzhaffar mengatakan, setiap Muslim bisa membantu perjuangan tersebut dengan berbagai cara, baik melalui harta, tenaga, maupun doa.  

"Kita bisa berikan juga kepada anak kita, kita sebarkan informasi mengenai keutamaan membebaskan Baitul Maqdis agar generasi muda kita tahu," ujarnya. Dia bersyukur dukungan umat Muslim Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina sangat besar. (Iit Septyaningsih)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement