Rabu 08 May 2019 06:15 WIB

34 Ribu Orang Eropa Terkena Campak di 2019

WHO desak pihak berwenang pastikan orang yang rentan mendapatkan vaksinasi.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Petugas medis memperlihatkan botol berisi vaksin campak.
Foto: EPA
Petugas medis memperlihatkan botol berisi vaksin campak.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lebih dari 34 ribu orang di seluruh Eropa menderita campak dalam dua bulan pertama 2019, dengan sebagian besar kasus di Ukraina. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pihak berwenang memastikan orang yang rentan mendapatkan vaksinasi, Selasa (7/5).

"Jika respons wabah tidak tepat waktu dan komprehensif, virus akan menemukan jalannya ke lebih banyak individu yang rentan dan berpotensi menyebar ke negara-negara lain di dalam dan di luar kawasan," katanya dalam sebuah pernyataan, Selasa (7/5).

Baca Juga

Jumlah korban tewas diantara 34.300 kasus yang dilaporkan di 42 negara di kawasan Eropa mencapai 13 orang. Virus membunuh orang di Ukraina, yang menderita epidemi campak, serta di Rumania dan Albania. WHO memperingatkan risiko wabah dapat terus menyebar.

"Setiap kesempatan harus digunakan untuk memvaksinasi anak-anak, remaja dan orang dewasa yang rentan," kata WHO.

Campak merupakan penyakit menular yang dapat membunuh, menyebabkan kebutaan, tuli, atau kerusakan otak. Ini dapat dicegah dengan dua dosis vaksin yang efektif.

Akan tetapi karena sebagian orang tidak divaksin, saat ini campak menyebar dalam wabah di banyak bagian dunia. Ini termasuk di Amerika Serikat (AS), Filipina, dan Thailand.

Di Eropa, sebagian besar kasus campak sejauh ini pada 2019 berada di Ukraina. Lebih dari 25 ribu orang Ukraina terinfeksi dalam dua bulan pertama tahun ini.

WHO menyatakan, tidak ada pengobatan antivirus khusus untuk campak. Vaksinasi merupakan satu-satunya cara untuk mencegahnya. Sebagian besar kasus terjadi pada orang yang tidak divaksinasi atau kurang divaksinasi.

WHO meminta otoritas kesehatan nasional di seluruh wilayah memfokuskan upaya untuk memastikan semua kelompok populasi memiliki akses ke vaksin. "Dampaknya pada kesehatan masyarakat akan bertahan sampai wabah yang sedang terjadi dikendalikan," ujar WHO.

Otoritas kesehatan juga harus mengidentifikasi siapa yang terlewatkan di masa lalu kemudian menjangkau mereka dengan vaksin yang mereka butuhkan. Sebuah laporan oleh dana anak-anak PBB UNICEF bulan lalu menemukan, lebih dari 20 juta anak per tahun tidak mendapatkan vaksinasi campak di seluruh dunia dalam delapan tahun terakhir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement