Kamis 23 May 2019 08:23 WIB

Turki Atur Jadwal Pertemuan Bilateral dengan AS

AS diperkirakan memberi sinyal positif undangan Erdogan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam Majelis Umum PBB, Selasa (25/9).
Foto: AP Photo/Richard Drew
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam Majelis Umum PBB, Selasa (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Jepang pada akhir Juni mendatang. Seorang pejabat Turki yang enggan disebutkan namanya mengatakan, Presiden Erdogan juga telah mengundang Presiden Trump untuk melakukan pertemuan bilateral di Turki.

Pejabat tersebut menyatakan, undangan Presiden Erdogan tampaknya diterima dengan sinyal positif oleh Washington. Namun, untuk waktu pelaksanaan pertemuan bilateral itu masih dalam pembahasan.

Baca Juga

"Kami sedang menyusun waktunya sekarang. Kami memiliki beberapa sinyal positif tetapi waktunya belum dijadwalkan. Mereka mungkin bertemu di G20 di Jepang juga. Untuk kunjungan bilateral, kami menunggu tanggal yang tepat," kata pejabat tersebut, Kamis (23/5).

Belum lama ini, kedua negara tersebut berselisih, terutama karena Ankara berencana membeli sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia. Washington mengatakan, S-400 tidak sesuai dengan jaringan pertahanan NATO dan akan menimbulkan ancaman bagi jet tempur siluman F-35 AS yang juga akan dibeli Turki.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan beberapa senator terkemuka AS telah memperingatkan Turki bahwa mereka akan menghadapi hukuman karena membeli S-400. Hukuman tersebut berada di bawah undang-undang yang menyerukan sanksi terhadap negara-negara yang membeli peralatan militer dari Rusia.

Turki mengatakan sebagai anggota NATO itu tidak menimbulkan ancaman bagi AS, dan sanksi itu seharusnya tidak berlaku. Investor telah mengawasi kemungkinan pertemuan antara kedua presiden karena harapan Turki untuk menghindari hukuman AS semakin meningkat. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement