Selasa 28 May 2019 16:07 WIB

Iran: Tak Ada Prospek Negosiasi dengan AS

Iran menilai belum melihat upaya AS untuk melakukan pembicaraan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran mengatakan tidak melihat adanya prospek negosiasi dengan Amerika Serikat (AS), terutama perihal kesepakatan nuklir. Sebab hingga kini Teheran belum melihat upaya nyata AS untuk melakukan pembicaraan.

“Kami saat ini tidak melihat prospek negosiasi dengan Amerika,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi saat menggelar konferensi pers di Teheran pada Selasa (28/5).

Baca Juga

Dia pun sempat ditanya tentang komentar Presiden AS Donald Trump yang optimistis bahwa masih ada kemungkinan perundingan antara Washington dan Teheran. “Iran tidak memperhatikan kata-kata. Yang penting bagi kami adalah perubahan pendekatan dan perilaku,” ujar Mousavi.

Pada Senin (27/5), Trump mengungkapkan, dia masih yakin Iran bersedia membuat kesepakatan dengan AS perihal program nuklirnya. “Saya benar-benar percaya bahwa Iran ingin membuat kesepakatan dan saya pikir itu sangat cerdas dari mereka, dan saya pikir itu kemungkinan untuk terjadi,” katanya.

Trump pun menegaskan bahwa AS tak sedang berupaya mengganti atau mengubah rezim Pemerintah Iran. AS, kata dia, hanya menginginkan Iran melenyapkan senjata nuklirnya.

AS telah mundur dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada Mei tahun lalu. Trump menilai kesepakatan itu cacat karena tak mengatur tentang program rudal balistik Iran dan perannya dalam konflik di kawasan.

Setelah hengkang, AS memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Teheran. Sanksi diterapkan berlapis dan membidik sejumlah sektor, seperti energi, keuangan, industri otomotif, dan lainnya. Langkah itu ditempuh AS agar Iran bersedia merundingkan kembali kesepakatan dalam JCPOA.

Namun, Iran menolak tunduk pada tekanan AS. Baru-baru ini Iran justru menangguhkan beberapa keterikatannya dalam JCPOA. Dengan demikian ia mengklaim mampu melakukan pengayaan uranium.

Memanasnya situasi juga dipengaruhi langkah AS mengirim kapal induk USS Abraham Lincoln dan pesawat bomber B-52 ke Teluk Persia. Hal itu dianggap merupakan cara AS untuk menekan dan mengancam Iran agar bersedia merundingkan JCPOA. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement