Selasa 04 Jun 2019 10:45 WIB

Ratusan Perempuan IS Dibebaskan Dari Kamp Pengungsi al-Hawl Suriah

Red:
abc news
Foto: abc news
abc news

Ratusan orang sebagian besar perempuan dan anak-anak sudah dibebaskan dari kamp pengungsi al-Hawl di Suriah, kamp yang sengaja dibuat untuk menampung sebagian keluarga pendukung kelompok IS.

Pemulangan Pengungsi IS di Suriah

Pihak yang mengelola keamanan di kamp tersebut, yaitu Tentara Pembebasan Kurdistan mengatakan sekitat 800 perempuan dan anak-anak tersebut tidak dilihat sebagai ancaman dan telah dibebaskan untuk diserahkan kepada para tetua suku Arab dari daerah sekitar Raqqa.

Kebanyakan mereka yang dibebaskan adalah keluarga dari anggota IS yang diungsikan ke al-Hawl di awal tahun ini, setelah kelompok ekstrimis tersebut mengalami gagal mewujudkan pemerintahan khilafah di sana.

Setelah dibebaskan beberapa perempuan yang keluar dari kamp mengatakan tidak menyesal dan tetap menjadi pendukung IS.

"Saya merasa senang bisa dibebaskan tapi saya harap IS akan memimpin kami kembali," kata seorang wanita, Safaa Mumen.

Kami lebih bahagia berada di bawah hukum Syariah. "

"IS akan tetap ada dan bahkan meluas." katanya lagi.

Seorang wanita lain, Um Anas, mengatakan bahwa ia akan pulang ke Raqqa — kota yang pernah menjadi ibukota IS.

Saya bersyukur bisa pulang dan sekarang bisa mengurus diri sendiri. Kami senang bisa keluar dari al-Hawl," katanya.

"Kami hidup di sebuah rawa, di mana kami merasa haus, lapar, buruk sekali kondisinya."

Pembebasan kemarin ini tampaknya merupakan gelombang pertama pembebasan pengungsi dari al-Hawl yang akan diteruskan di minggu-minggu mendatang.

Kamp pengungsi itu sekarang menampung sekitar 73 ribu orang termasuk paling sedikit 20 warga Australia.

Salah satu pejabat yang menangani pembebasan ini, Faroq al Mashee, mengatakan ia memiliki harapan tinggi terhadap para perempuan yang dibebaskan yang sekarang tinggal di kawasan Suriah yang dikuasai oleh kelompok Kurdi.

"Dengan bantuan para wanita ini, kami berharap untuk mengubah pemikiran 'teroris ekstrimis' menjadi pemikiran Islam semestinya yang percaya pada perdamaian dan hidup damai di komunitas," katanya.

Ia mengatakan bahwa pembebasan tersebut adalah momen yang patut dirayakan.

"Kami sangat bahagia hari ini karena dua hal: yang pertama adalah karena pintu keluar bagi para wanita yang sudah dinanti oleh saudara mereka selama ini akan dibuka dalam beberapa jam, dan kebahagiaan lainnya adalah bahwa pintu ini terbuka di tengah hari Idulfitri," katanya tentang pembebasan yang dilakukan bersamaan dengan berakhirnya bulan Ramadan.

Um Anas ditanya tentang bagaimana ia akan hidup di bawah aturan Pasukan Demokratik Suriah, kelompok pejuang dari warga Kurdi.

"Saya tidak akan bergaul dan berinteraksi dengan mereka. Saya akan tinggal di rumah dan diam," katanya.

"Anak-anak saya akan pergi dan pulang dari sekolah dan saya akan tetap tinggal di rumah tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Saya tidak mau berurusan dengan mereka."

Orang-orang duduk dalam bagian belakang sebuah truk di sebuah jalanan di perkemahan pengungsi di Suriah.

Sementara itu, juru bicara PBB Hedinn Halldorsson kembali memanggil negara-negara Barat untuk membantu membawa warganegara mereka pulang.

"Kami menyerukan kepada negara-negara lain untuk menunaikan tanggungjawab mereka terhadap warganegara mereka dan mencari jalan keluar melalui pemulangan, reintegrasi dan kalaupun diadili dilakukan sesuai standar HAM," katanya.

"Diperkirakan lebih banyak anggota keluarga IS akan dibebaskan selepas perayaan Idulfitri minggu ini."

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement