Rabu 12 Jun 2019 16:42 WIB

Pasang Surut Hubungan Donald Trump dan Kim Jong-Un

Hubungan Dondal Trump dengan Kim Jong-un ternyata turun naik.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Subarkah
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un (Depan Kiri) dan Presiden AS, Donald Trump (Depan Kanan)
Foto:

Berikut adalah beberapa peristiwa besar yang terjadi sejak Trump dan Kim bertemu setahun yang lalu di Singapura:

Tidak Ada Tindakan Denuklirisasi.

Trump dan Kim sepakat bertemu di Singapura untuk membicarakan denuklirisasi di semenanjung Korea. Kim juga berjanji untuk secara permanen membongkar fasilitas rudal utama.

Setelah bertemu dengan Kim di Pyongyang pada September 2018, Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan, Kim akan mengambil langkah-langkah tambahan menuju denuklirisasi. Salah satunya yakni menutup kompleks nuklir utamanya Yongbyon.

Tetapi tidak satu pun dari janji-janji itu yang terwujud. Lembaga think tank AS menyatakan, adanya aktivitas di situs nuklir dan rudal Korea Utara, termasuk pemulihan bagian dari stasiun peluncuran roket yang baru saja mulai ditutup.

Diplomasi Kim Summit.

Kim melakukan dua perjalanan kenegaraan ke Cina untuk pertemuan puncak ketiga dan keempat dengan Presiden Xi Jinping. Selain itu, dia juga mengunjungi kota Vladivostok, Rusia pada April lalu untuk bertemu Presiden Vladamir Putin.

Sebelumnya, pada September 2018, Kim menjadi tuan rumah untuk pertemuan puncak ketiga dengan Presiden Moon. Pertemuan tersebut, sebagian besar bertujuan untuk memfasilitasi pertemuan kedua Kim dengan Trump pada Februari di ibukota Vietnam, Hanoi.

Ketika berada di Hanoi, Kim menjalin hubungan dengan sejumlah pejabat Vietnam. Hal yang sama juga dia lakukan saat berada di Singapura dalam pertemuan pertama dengan Trump.

Jalan Buntu untuk Menjalin Ikatan

Pada Juli, Korut memulangkan 55 kotak yang diyakini sebagai tentara AS yang tersisa dan terbunuh dalam Perang Korea. Hal ini dinilai sebagai sebuah langkah cepat pertama menuju hubungan baru antara Korut dan AS.

Namun pada bulan yang sama, Korut menuding Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo membuat tuntutan seperti gangster dalam kunjungannya ke Pyongyang. Trump kemudian membatalkan perjalanan Pompeo ke Korut pada Agustus.

Pada Oktober 2018, Pompeo melakukan kunjungan keempat ke Korut dan memuji adanya kemajuan signifikan antara kedua negara. Diketahui, Korut membebaskan seorang warga AS yang ditahan pada November dengan isyarat niat baik.

Pada Februari, Kim dan Trump mengadakan pertemuan puncak kedua di Hanoi. Dalam pertemuan tersebut, tidak berhasil mencapai kesepakatan terkait denuklirisasi dan keringanan sanksi AS kepada Korut. Negosiasi kini telah terhenti, dan Korut menetapkan babas waktu bagi AS hingga akhir tahun untuk menunjukkan lebih banyak fleksibilitas.

Hubungan Korut dan Korsel

Hubungan antara Korut dan Korsel menunjukkan kemajuan pesat. Hal ini ditandai dengan pertemuan antara Kim dan Presiden Moon pada 2018 di Pyongyang.

Dalam pertemuan tersebut, mereka menyetujui pakta militer dengan langkah-langkah untuk meredakan ketegangan. Mereka telah menerapkan beberapa langkah, diantaranya menghentikan latihan militer besar, membangun zona larangan terbang di sepanjang perbatasan, serta memindahkan ranjau darat dan pos jaga di Zona Demiliterisasi (DMZ). Selain itu, mereka juga membuka kantor penghubung di kota perbatasan Utara Kaesong pada September lalu.

Tetapi pertikaian antara Korut dan Amerika Serikat tahun ini telah meredakan hubungan antara Korut dan Korsel. Korut menarik diri dari kantor penghubung di kota perbatasan Utara Kaesong.

Latihan Militer

Di Singapura, Trump membuat pengumuman mengejutkan bahwa AS akan menunda latihan militer dengan Korsel. Selama ini, Korut menilai latihan militer tersebut sebagai latihan perang. Kini, latihan militer skala besar di Korsel telah dihentikan, meskipun masih ada latihan-latihan militer skala kecil yang masih dilanjutkan.

Penegakkan Sanksi

Pemerintahan Trump telah mengintensifkan penegakan sanksi. Bulan lalu, AS untuk pertama kalinya mereka menyita kapal kargo Korut. AS menuding, kapal kargo tersebut mengirim batubara secara ilegal dan telah melanggar sanksi AS dan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sanksi ketat AS telah membatasi transaksi perbankan dan perdagangan di Korut. Selain itu, AS juga mengeluarkan larangan perjalanan bagi warga negaranya ke Korut. Sanksi ini sangat memberatkan Korut karena dapat mengancam perekonomian negara tersebut.

Uji Misil Baru

Pada Mei, Korut melakukan uji coba rudal jarak pendek sebanyak dua kali. Para analis menyatakan, uji coba jarak pendek tersebut dapat menembus sistem pertahanan rudal Korsel.

Trump mengaku tidak senang atas peluncuran uji coba rudal tersebut. Trump menyebut, Korut tidak melanggar perjanjian Singapura. Dia menyatakan, AS membuka pintu bagi Korut untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut.

Sementara, Korsel menilai uji coba rudal tersebut merupakan protes Korut terhadap gagalnya negosiasi denuklirisasi di Hanoi. Korsel menyatakan, tembakan rudal jarak pendek itu merupakan sebuah pertanda bahwa Korut ingin bernegosiasi dengan AS. N. Rizky Jaramaya/ Reuters

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement