Senin 17 Jun 2019 14:29 WIB

Arab Saudi Gabung AS Tuduh Iran Serang Kapal Tanker

Iran membantah berada di balik serangan kapal tanker di Selat Hormuz

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Kerusakan yang dialami kapal tanker minyak Kokuka Courageous di Teluk Oman dekat pantai Iran, Kamis (13/6).
Foto: U.S. Central Command via AP
Kerusakan yang dialami kapal tanker minyak Kokuka Courageous di Teluk Oman dekat pantai Iran, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Dalam pernyataannya Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan atas nama keamanan negaranya tidak ragu untuk berkonfrontasi dengan ancaman Iran. Ia bergabung dengan Amerika Serikat (AS) yang menuduh Iran sebagai dalang serangan dua kapal tanker di Selat Hormuz. 

"Kerajaan tidak akan mencari perang di kawasan, tapi kami tidak akan ragu untuk menangani semua ancaman terhadap rakyat, kedaulatan, dan kepentingan vital kami," kata Mohammed bin Salman seperti dikutip surat kabar berbahasa Arab Asharq al-Awsat, Senin (17/6). 

Baca Juga

Itu merupakan pertama kalinya ia mengeluarkan penyataan tentang serangan tersebut. Pengeran yang juga menteri pertahanan dan mengawasi seluruh pemerintahan di Arab Saudi itu juga mengatakan permintaan Arab Saudi kepada masyarakat internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap perilaku Iran. 

Pangeran mengklaim Iran sudah merencanakan serangan tepat ketika perdana menteri Jepang melakukan kunjungan diplomatik pekan lalu. Abe Shinzo datang ke Teheran dalam rangka menurunkan ketegangan di kawasan. Tapi Mohammed bin Salman tidak memberikan bukti apa pun yang mendukung tuduhannya. 

"Masalahnya di Teheran dan bukan di tempat lain, Iran selalu pihak yang meningkatkan ketegangan di kawasan, melakukan serangan teror dan kejahatan entah secara langsung atau melalui milisi," katanya. 

Ia juga mengatakan hubungan Arab Saudi-AS sangat penting untuk keamanan dan stabilitas kawasan. Ketegangan di Teluk Persia meningkat sejak AS mengirimkan kapal induk dan aset militer lainnya ke kawasan tersebut. 

Alasannya untuk mempertahankan kepentingan mereka dari ancaman Iran. Krisis itu berawal dari keputusan Presiden AS Donald Trump yang menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 pada tahun 2017 lalu.

AS memberlakukan kembali sanksi ekonomi dan memotong pendapat minyak Iran. AS menuduh Iran menggunakan ranjau untuk menyerang kapal tanker yang dioperasikan perusahaan Jepang. Dalam sebuah rekaman video yang dirilis militer AS menunjukan kapal Garda Revolusi Iran melepaskan ranjau yang tidak meledak.

Di acara Fox News Sunday stasiun televisi Fox News, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengulang pernyataan pemerintahan Trump terkait posisi mereka dengan Iran.

Ia mengaku intelijen AS kehilangan banyak data dan bukti yang berhubungan dengan serangan yang dilakukan Iran. Tapi ia tidak membeberkan lebih rinci data atau bukti apa yang hilang. Pompeo menyebut serangan kapal tanker di Selat Hormuz sebagai 'tantangan internasional, penting untuk seluruh dunia'. 

Pompe mengatakan Trump memang menjatuhkan 'kampanye tekanan ekonomi' terhadap Iran tapi 'tidak ingin berperang'. Ia menambahkan tujuan dari AS adalah agar Iran tidak mengembangkan senjata nuklir. 

Iran membantah bertanggung jawab atas serangan kapal tanker yang terjadi hari Kamis (13/6) pekan lalu. Mereka mengatakan siap memainkan peran aktif dan konstruktif dalam memastikan keamanan jalur maritim. Menurut Iran, kehadiran militer Teluk Persia AS dan sanksi ekonomi terhadap mereka menjadi sumber utama ketidakamanan dan instabilitas di kawasan tersebut. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement