Selasa 18 Jun 2019 08:42 WIB

CEO Boeing Akui Salah Tangani Sistem Peringatan 737 Max

FAA salahkan Boeing karena tak beri tahu regulator selama lebih dari setahun.

Red:
abc news
abc news

CEO Boeing mengatakan, perusahannya membuat "kesalahan" dalam menangani sistem peringatan kokpit yang bermasalah di pesawat 737 Max sebelum dua kecelakaan fatal yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Poin utama:

• CEO Boeing, Dennis Muilenburg, mengatakan komunikasi perusahaan itu dengan regulator "tidak konsisten"

• Perusahaan tidak memberi tahu regulator selama lebih dari satu tahun bahwa indikator keselamatan gagal berfungsi sebagaimana dimaksud

• Muilenburg mengatakan ia yakin 737 MAX akan diizinkan untuk terbang lagi akhir tahun ini

 

Berbicara di depan Paris Air Show, CEO Boeing, Dennis Muilenburg, mengatakan kepada wartawan komunikasi perusahaan dengan regulator, pelanggan dan publik "tidak konsisten dan itu tak bisa diterima".

Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA) menyalahkan Boeing karena tidak memberi tahu regulator selama lebih dari setahun bahwa indikator keselamatan di kokpit pesawat terlaris itu tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Boeing dan FAA mengatakan lampu peringatan itu tidak penting untuk keselamatan penerbangan. Belum jelas apakah salah satu tabrakan bisa dicegah jika peringatan kokpit berfungsi dengan benar.

Boeing mengatakan semua pesawatnya, termasuk Max, memberi pilot informasi penerbangan yang diperlukan - termasuk kecepatan, ketinggian dan kinerja mesin - yang mereka butuhkan untuk terbang dengan aman.

Tetapi komunikasi yang gagal telah mengikis kepercayaan pada Boeing ketika perusahaan ini berjuang untuk bangkit kembali dari kecelakaan pesawat penumpang mereka di Indonesia dan Ethiopia.

"Kami jelas memiliki kesalahan dalam penerapan peringatan itu," kata Muilenburg.

Pilot juga menyatakan marah karena Boeing tidak memberi tahu mereka tentang perangkat lunak baru yang terlibat dalam kecelakaan fatal tersebut.

Muilenburg menyatakan keyakinannya bahwa Boeing 737 Max akan diizinkan terbang lagi tahun ini oleh AS dan semua regulator global lainnya. Ia mengatakan perusahaan itu akan "meluangkan waktu yang diperlukan" untuk memastikan Max aman.

Dampak bencana udara

Pesawat tipe Max telah dihentikan pengoperasiannya di seluruh dunia selama tiga bulan terakhir, dan regulator perlu menyetujui perbaikan perangkat lunak dari Boeing sebelum bisa kembali terbang.

Muilenburg menyebut jatuhnya pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines sebagai "momen yang menentukan" bagi Boeing, tetapi mengatakan ia berpikir hasilnya akan membuat "perusahaan yang lebih baik dan lebih kuat".

Di Amerika Serikat, Boeing menghadapi pengawasan dari anggota Kongres dan FAA tentang bagaimana melaporkan masalah yang melibatkan lampu peringatan kokpit.

Fitur, yang disebut angle of attack atau peringatan AoA, itu memeringatkan pilot ketika sensor yang mengukur naik-turun di hidung pesawat terhadap udara yang masuk mungkin saja salah.

Boeing mengakui bahwa para insinyur menyadari, dalam beberapa bulan setelah debut pesawat pada 2017, bahwa lampu peringatan sensor hanya berfungsi ketika dipasangkan dengan fitur opsional yang terpisah tetapi tak melaporkan masalah itu selama lebih dari setahun setelah kecelakaan di Indonesia.

Sensor pengukur sudut terlibat dalam kecelakaan Lion Air di Indonesia Oktober lalu dan kecelakaan Ethiopian Airlines pada bulan Maret. Sensor itu tak berfungsi, memeringatkan perangkat lunak anti-mati untuk mendorong hidung pesawat ke bawah. Pilot tak bisa mengambil kembali kendali atas pesawat.

Boeing memberi tahu FAA tentang apa yang dipelajarinya pada tahun 2017 setelah kecelakaan di Indonesia. Muilenburg mengatakan, memulihkan kepercayaan pada Max adalah prioritas utama Boeing menjelang tipe 777 yang diperbarui dan bekerja menyiapkan pesawat jarak jauh NMA berikutnya.

Ikuti berita lain dalam bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement