Sabtu 01 Jun 2019 05:02 WIB

Wawancara Merkel: Pemilu Eropa, Populisme, dan Rasisme

Kanselir Jerman Angela Merkel diwawancara CNN.

Rep: deutsche-welle/ Red:
Wawancara Kanselir Jerman Angela Merkel di CNN Tentang Pemilu Eropa, Populisme dan Rasisme
Wawancara Kanselir Jerman Angela Merkel di CNN Tentang Pemilu Eropa, Populisme dan Rasisme

Angela Merkel masih menjabat sebagai Kanselir Jerman. Jika semua berjalan sesuai rencana dan koalisi besar partai CDU, CSU dan SPD masih berjalan dengan mulus, dia akan melaksanakan masa jabatannya sampai 2021, ketika Jerman kembali menggelar pemilihan parlemen.

Merkel bukanlah sosok yang ingin menjadi pusat perhatian, dan jarang memberi wawancara. Selama beberapa minggu terakhir dia seakan menghilang dalam isu dan agenda politik dalam negeri, dan lebih memilih menyerahkan hal itu ke tangan penerusnya sebagai pemimpin partai CDU, Annegret Kramp-Karrenbauer.

Namun sekarang, Merkel mendadak memecah kesunyiannya dan memberikan wawancara kepada jurnalis kondang Christiane Amanpour dari CNN, membahas segalanya mulai dari pemilihan Eropa hingga kebangkitan baru populisme dan rasisme di Jerman.

Tumbuhnya populisme

Sementara mengakui dan menyambut kenyataan bahwa lebih banyak orang berpartisipasi dan memberikan suara dalam pemilihan Parlemen Eropa minggu lalu dibandingkan lima tahun yang lalu, Merkel memperingatkan bahwa Jerman harus waspada dalam menghadapi gerakan nasionalis dan populis yang semakin giat mengumpulkan dukungan arus utama di seluruh Uni Eropa. "Di Jerman, tentu saja, mereka harus selalu dilihat dalam konteks tertentu, dalam konteks masa lalu kami, yang berarti kami harus lebih waspada daripada negara lain."

Bangkitnya nasionalisme dan rasisme, kata Merkel, merupakan perkembangan yang mengkhawatirkan dan semakin menjadi alasan untuk memperkuat institusi dan nilai-nilai demokrasi. "Itulah mengapa kita berjuang untuk demokrasi, mengapa kita mencoba mencari solusi, mengapa kita selalu harus menempatkan diri kita pada posisi orang lain, mengapa kita menentang intoleransi dan mengapa kita tidak menoleransi pelanggaran hak asasi manusia."

Mengenai hasil pemilu Eropa, Kanselir Jerman mengakui bahwa partainya dan partai-partai konservatif lama di Eropa telah gagal untuk mengatasi masalah-masalah yang penting dan menjaring pemilih muda, terutama dalam isu kebijakan iklim. Kemenangan Partai Hijau yang luar biasa di seluruh Uni Eropa, yang mengusung isu perubahan iklim dan perlindungan, tampaknya membuat Merkel berpikir. Dia sendiri pernah menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup di bawah Kanselir Helmut Kohl. Selama menjabat Kanselir, Merkel juga pernah dianggap sebagai pelopor kebijakan lingkungan karena prakarsanya mendorong energi bersih. Keberhasilan Partai Hijau, kata Merkel, adalah "tantangan bagi kami untuk menemukan jawaban dan solusi yang lebih baik atas masalah ini."

Soal rasisme dan anti-Semitisme

Merkel menggunakan wawancara itu untuk menyuarakan keprihatinannya tentang kebangkitan rasisme dan anti-Semitisme di Jerman. Dia mengatakan, sayangnya di Jerman selalu ada sekelompok kecil yang berpandangan anti-Semit .

Komisioner anti-Semitisme Jerman, Felix Klein, baru-baru ini bahkan membuat pernyataan yang menghebohkan. Dia mengatakan "tidak bisa merekomendasikan kepada warga Yahudi agar selalu mengenakan kippa di tempat publik di Jerman." Karena dia menganggap Kippa bisa membahayakan penggunanya sebab berpotensi menjadi sasaran serangan anti-Yahudi. Angela Merkel juga mengeritik situasi di jerman dengan mengatakan bahwa "sampai hari ini tidak ada satu sinagog pun, atau satu pusat penitipan anak-anak maupun sekolah Yahudi, yang tidak perlu dijaga oleh polisi." Dia menambahkan: "Sayangnya, selama bertahun-tahun kami belum dapat menangani hal ini dengan memuaskan."

Isu-isu yang dibahas Merkel dalam wawancara dengan jurnalis kondang Christiane Amanpour di CNN memang merupakan tema yang selalu jadi perhatiannya. Memang kini muncul pertanyaan, mengapa dia memberi wawancara pada saat ini, apakah ini hanya satu taktik untuk mengalihkan perhatian media dari kekalutan yang sedang terjadi di tubuh partai CDU dan di pemerintahannya? Apalagi dalam Pemilu Eropa yang baru lalu, pemilih berbondong-bondong meninggalkan CDU dan beralih ke Partai Hijau atau partai ultra kanan AfD. (vlz/hp/ts)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement