Kamis 27 Jun 2019 10:34 WIB

Kushner Sebut Pintu untuk Palestina Masih Terbuka

PLO mengatakan AS menjual fatamorgana kemakmuran ekonomi bagi rakyat Palestina.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin (kelima dari kiri) dan Putra Mahkota Bahrain Pangeran Salman bin Hamad Al Khalifa (keenam dari kiri) mendengarkan Penasihat Senior Gedung Putih Jared Kushner berbicara dalam pembukaan konferensi 'Peace to Prosperity' di Manama, Bahrain, Selasa (25/6).
Foto: Bahrain News Agency via AP
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin (kelima dari kiri) dan Putra Mahkota Bahrain Pangeran Salman bin Hamad Al Khalifa (keenam dari kiri) mendengarkan Penasihat Senior Gedung Putih Jared Kushner berbicara dalam pembukaan konferensi 'Peace to Prosperity' di Manama, Bahrain, Selasa (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Penasihat Senior Gedung Putih sekaligus menantu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Jared Kushner mengakhiri peluncuran rencana perdamaian Timur Tengah dengan mengatakan pintu masih terbuka bagi kepemimpinan Palestina untuk terlibat, Rabu (27/6). Semantra itu, ia juga menyalahkan Palestina atas pembatasan Israel yang mereka hadapi dan menuduh Palestina tidak peduli dengan rakyat mereka.

Lokakarya dua hari "Peace to Prosperity" di Bahrain tidak dihadiri oleh pejabat Palestina atau Israel. Konferensi juga didatangi menteri keuangan Teluk, perbankan, dan para pengusaha bisnis.

Baca Juga

Utusan khusus AS, Jason Greenblatt mengatakan kepada wartawan mereka dapat mengadakan konferensi tahap kedua dari rencana itu, yang menangani politik, tetapi untuk saat ini tidak ada yang direncanakan. Dengan sedikit referensi ke realitas politik, panelis berbicara dalam istilah luas tentang kemajuan teknologi medis, membangun lapangan sepak bola dan menggunakan teknologi Blockchain untuk memperbaiki perselisihan properti.

Para pejabat Palestina mengeluh karena tanpa menangani masalah-masalah sentral seperti Israel dan Mesir yang memberlakukan blokade terhadap Gaza dan pendudukan militer di Tepi Barat, masalah Palestina tidak akan selesai. "Lokakarya ini berusaha menghindari masalah nyata dengan menjajakan ide-ide daur ulang dan gagal," kata Palestinian Liberation Organisation (PLO) saat konferensi berlangsung, dilansir di Independent, Kamis (27/6).

PLO mengatakan AS ingin menjual fatamorgana kemakmuran ekonomi bagi rakyat Palestina selama mereka menerima dan mendukung penahanan abadi mereka. Pejabat senior Palestina Hanan Ashrawi menganggap langkah itu sebagai penghinaan terhadap kecerdasan Palestina dan hanya mendaur ulang ide-ide lama tentang pertumbuhan ekonomi.

"Pendudukan Israel, tidak pernah disebutkan, tidak sekali pun," kata dia.

Kushner membela pendekatan ekonomi pertama AS dalam konferensi. Menurutnya, sektor ekonomi perlu diperbaiki terlebih dahulu, sebelum masalah politik.

"Alasan mengapa kami pikir penting untuk memaparkan visi ekonomi sebelum kami melakukan visi politik adalah karena kami membutuhkan orang-orang untuk merasa seperti mereka dapat melihat seperti apa masa depan nanti," ucap Kushner.

Dia kemudian menantang yang lain untuk datang dengan ide-ide yang lebih baik. Ia juga menyerang pimpinan Palestina dan mengatakan mereka tidak memiliki rekam jejak yang bagus untuk menyelesaikan kesepakatan.

Palestina memutuskan hubungan diplomatik dengan Washington pada 2017 setelah mereka mengakui kota Yerusalem yang diperebutkan sebagai ibu kota Israel. AS kemudian memangkas bantuan Palestina termasuk memotong semua dana untuk badan pengungsi Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement