Jumat 28 Jun 2019 21:10 WIB

Turki Kembali Netralisasi 2 Petempur Kurdi di Irak Utara

Turki melakukan penangkapan hingga pembunuhan kepada Kurdi.

Militer Turki disiagakan untuk melawan pengikut Partai Pekerja Kurdi.
Foto: Reuters
Militer Turki disiagakan untuk melawan pengikut Partai Pekerja Kurdi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA— Pasukan keamanan Turki telah menetralkan dua petempur Partai Pekerja Kurdi (PKK) lagi selama satu operasi keamanan yang dilancarkan di Irak Utara. 

Serangan udara baru menaikkan jumlah korban tewas dari 58 jadi 60 selama Operation Claw, yang dilancarkan pada 27 Mei, untuk membersihkan wilayah itu dari petempur PKK. Pernyataan dikutip dar Kementerian Pertahanan Nasional di dalam satu cuitan.

Baca Juga

Sebanyak 112 petempur, termasuk yang di dalam Operation Claw, dinetralkan di Irak Utara selama masa yang sama. Hal ini dilaporkan Kantor Berita Turki, Anadolu, yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat (28/6).

Pemerintah Turki sering menggunakan kata "dinetralkan" di dalam pernyataan untuk menyatakan petempur yang dibicarakan menyerah atau tewas atau ditangkap.

Dalam lebih dari 30 tahun kegiatannya melawan Turki, PKK, yang dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa, telah bertanggung jawab atas kematian hampir 40 ribu orang, termasuk banyak perempuan dan anak kecil. 

Secara terpisah, seorang tentara Turki tewas dan tiga lagi terluka pada Kamis (27/6), ketika pos pemantauan mereka di Wilayah Idlib Suriah dihantam tembakan mortir. Hal ini disampaikan Kementerian Pertahanan Turki. 

Serangan berasal dari wilayah yang dikuasai pasukan pemerintah Suriah dan diduga sengaja dilakukan, menurut pernyataan kementerian. Para korban cedera langsung dievakuasi dan mulai mendapatkan perawatan medis. 

Kementerian tersebut mengatakan atase Rusia di Ankara dipanggil ke markas militer sehubungan dengan serangan dan diperingatkan bahwa serangan tersebut akan "dijatuhi hukuman dengan cara yang paling kuat."

Serangan serupa sebelumnya dilancarkan terhadap pos-pos pengamatan Turki di wilayah tersebut bulan ini. Militer Turki pun melakukan aksi balasan dengan senjata berat.

Rusia memberikan dukungan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang saudara di negaranya. Sementara itu, Turki yang mendukung pemberontak, turut mensponsori kesepakatan de-eskalasi untuk wilayah tersebut yang sudah ada sejak tahun lalu. 

 

 

 

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement