Ahad 30 Jun 2019 10:24 WIB

Putin Siap Pererat Hubungan dengan AS

Putin telah mengundang Trump ke Rusia tahun depan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Indira Rezkisari
Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin
Foto: AP
Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku siap menempuh upaya semampunya untuk memperbaiki dan meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat (AS). Hal tersebut dia sampaikan setelah bertemu Presiden AS Donald Trump di sela-sela KTT G-20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6).

Putin mengatakan, pertemuan bilateralnya dengan Trump berlangsung baik. Peningkatan kerja sama ekonomi menjadi salah satu topik yang mereka bahas. Kendati demikian, dia mengindikasikan bahwa hubungan Rusia dan AS saat ini memang belum cukup baik.

Baca Juga

Hal itu disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah karena adanya dugaan intervensi Rusia dalam pilpres AS tahun 2016. “Saya pikir kita berdua memahami bahwa kita perlu menyelesaikan situasi saat ini,” ujar Putin.

Oleh sebab itu, pada kesempatan tersebut, Putin mengundang Trump mengunjungi Rusia pada Mei 2019. Selain untuk mempererat hubungan kedua negara, kehadiran Trump di Rusia pada Mei tahun depan dinantikan untuk memperingati 75 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.

Trump telah mengonfirmasi bahwa dia diundang ke Moskow oleh Putin. “Dia (Putin) mengundang saya dan saya berkata saya akan memberikan pertimbangan yang sangat serius,” kata Trump.  

Selain karena dugaan campur tangan pilpres AS 2016, Moskow dan Washington diketahui sempat bersitegang karena keterikatannya dalam Intermediate-range Nuclear Forces (INF). AS dan Rusia telah sama-sama menangguhkan perjanjian tersebut.

INF ditandatangani AS dan Rusia pada 1987. Perjanjian itu melarang kedua negara memiliki serta memproduksi rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Penangguhan keterikatan kedua negara dalam INF telah memicu kekhawatiran, khususnya dari Eropa. Sebab INF sudah dianggap sebagai fondasi keamanan Benua Biru. Ditangguhkannya INF juga menimbulkan kecemasan tentang potensi munculnya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin.

Kendati demikian, Rusia mengaku siap jika AS ingin menjalin perjanjian perlucutan senjata baru untuk menggantikan INF. Hal itu juga telah diisyaratkan Trump sebelumnya. Namun Trump memang menghendaki agar perjanjian itu tidak hanya disepakati oleh AS dan Rusia, tapi juga negara lain, seperti Cina, dikutip dari Reuters.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement