Selasa 09 Jul 2019 15:58 WIB

Macron dan Trump Bahas Pengayaan Uranium Iran

Macron akan mengutus seorang penasihat diplomatiknya ke Iran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan pembicaraan tentang pengayaan uranium oleh Iran, Senin (8/7). Pengayaan tersebut diketahui telah melampaui batas yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

“Mereka membahas upaya yang sedang berlangsung untuk memastikan Iran tidak mendapatkan senjata nuklir dan untuk mengakhiri perilaku tidak stabil Iran di Timur Tengah, kata juru bicara Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Aljazirah.

Baca Juga

Seorang pejabat di kantor kepresidenan Prancis mengungkapkan, Macron akan mengutus seorang penasihat diplomatiknya ke Iran pada Selasa (9/7). Dia akan mencoba mengurangi ketegangan antara Teheran dan Washington.

Menurut pejabat tersebut, Iran dan AS memiliki kepentingan meningkatkan tekanan pada tahap ini. Namun, kedua belah pihak pada akhirnya ingin memulai pembicaraan.

“Yang penting dalam situasi krisis seperti ini adalah menemukan titik tengah yang membawa kita dari ketegangan ekstrem ke negosiasi, itulah yang kami coba lakukan,” ujar pejabat itu.

Saat menghadiri konferensi Christian United for Israel (CUFI), Wakil Presiden AS Mike Pence menegaskan negaranya akan terus menentang pengaruh jahat Iran. “Amerika tidak akan pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir,” ujarnya, dilaporkan laman Anadolu Agency.

“Iran harus memilih antara merawat rakyatnya dan terus mendanai proksi yang menyebarkan kekerasan serta terorisme ke seluruh wilayah dan menghembuskan kebencian yang membunuh terhadap Israel,” kata Pence.

Iran telah melakukan pengayaan uranium melampaui batas 3,67 persen seperti telah diatur dalam JCPOA. Juru bicara Badan Energi Atom Iran Behrouz Kamalvandi mengatakan, tingkat pengayaan uranium negaranya saat ini telah mencapai di atas 4,5 persen.

Iran masih menyatakan pengayaan uranium itu dilakukan hanya untuk tujuan damai. Di sisi lain, level pengayaan yang saat ini telah dicapai masih jauh dari cukup untuk menghasilkan senjata nuklir.

Kendati demikian, Teheran menegaskan siap menempuh langkah lebin jauh. Pada Ahad lalu, Trump memperingatkan Iran agar berhati-hati. “Iran sebaiknya Anda berhati-hati karena Anda memperkaya (uranium) karena satu alasan dan saya tidak akan memberitahu Anda apa alasannya, tapi itu tidak baik,” ujarnya.

Trump tak menjelaskan langkah apa yang kemungkinan diambil AS merespons pengayaan uranium oleh Iran yang melampaui ketentuan JCPOA. Dia hanya menegaskan bahwa Teheran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir.

Sementara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Iran akan menghadapi sanksi lanjutan. “Perluasan terbaru Iran atas program nuklirnya akan mengarah pada isolasi dan sanksi lebih lanjut. Negara-negara harus mengembalikan standar lama tak ada pengayaan untuk program nuklir Iran. Rezim Iran, dipersenjatai dengan senjata nuklir, akan menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi dunia,” kata Pompeo melalui akun Twitternya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement