Selasa 11 Jun 2019 17:12 WIB

AS Kritik Saudi Diamkan Kekerasan Cina pada Muslim Uighur

Negara Arab dinilai belum memberi kritik terhadap tindakan Cina menahan Muslim Uighur

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pagar penjagaan di kamp penahanan, yang secara resmi disebut pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur.
Foto: Reuters/Thomas Peter
Pagar penjagaan di kamp penahanan, yang secara resmi disebut pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan Amerika Serikat (AS) untuk kebebasan beragama internasional, Sam Brownback mendorong agar negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim menyerukan suaranya terkait penahanan Muslim Uighur di Cina. Dia berharap, negara-negara Muslim maupun negara dengan penduduk mayoritas Muslim dapat menekan pemerinah Cina untuk menghentikan penahanan terhadap Muslim Uighur. 

Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, Selasa (11/6), Brownback mengatakan, AS telah berdiskusi dengan pemerintah Arab Saudi mengenai penahanan dan penyiksaan terhadap Muslim Uighur. Namun, Saudi tidak menyuarakan kritik terkait hal tersebut. 

Baca Juga

"Saya kecewa karena lebih banyak negara Islam yang tidak bersuara. Saya tahu orang Cina telah mengancam mereka, tetapi Anda tidak kembali ke seseorang yang melakukan itu. Itu hanya mendorong lebih banyak tindakan," ujar Brownback. 

"Jika Cina tidak berhenti melakukan ini, mereka akan mendorong sistem ini di negara mereka sendiri dan ke rezim otoriter lainnya," kata Brownback menambahkan. 

Brownback mengapresiasi Turki yang sangat gamblang mengutuk kekerasan terhadap Muslim Uighur. Namun, kritik tersebut membuat Cina merenggangkan hubungan diplomatik dengan Turki, yang dapat berdampak pada keretakan hubungan ekonomi. 

Pemerintahan Trump sangat mengkritik Beijing karena kampanyenya melawan Islam di provinsi Xinjiang, Cina barat. Namun, Washington belum untuk menjatuhkan sanksi terhadap Cina. 

Sementara itu, sekutu terdekat Washington di dunia Islam seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir sejauh ini belum memberikan kritikan terhadap penahanan massal umat Islam di Xinjiang. Brownback berharap, pemerintah negara-negara Islam semakin mendapat tekanan dari rakyat mereka sendiri untuk mengambil sikap terhadap pelanggaran di Cina.

"Saya pikir semakin banyak informasi yang keluar dan khususnya ketika keluar ke populasi di beberapa tempat ini Anda akan melihat lebih banyak dari pemerintah mereka bertindak dan bereaksi," kata Brownback. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement