Kamis 11 Jul 2019 22:30 WIB

Ban Ki-moon Khawatir Pengungsi Rohingya Diterjang Banjir

Bangladesh salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Muslim Rohingya tiba di Desa Thae Chaung, Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Rabu (21/11).
Foto: Nyunt Win/EPA EFE
Muslim Rohingya tiba di Desa Thae Chaung, Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Rabu (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, KUTUPALONG--Mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon khawatir banjir musiman di Bangladesh dapat membahayakan nyawa pengungsi Rohingya. Ia cemas kamp penampungan pengungsi digenangi banjir.

Ban yang berkunjung sebagai Komisi Global dalam Adaptasi (GCA) untuk perubahan iklim mengatakan ia 'sedih dan cemas' dengan apa yang ia lihat di Kutupalong. Distrik di sebelah selatan Cox Bazar di mana satu juta muslim Rohingya mengungsi dari Myanmar karena persekusi militer.

Baca Juga

Bangladesh memiliki sejarah angin silikon yang mematikan. Tapi mereka telah mengurangi jumlah korban bencana alam dengan berinvestasi di jalan dan infrastruktur publik lainnya. Negara itu juga membangun penampungan untuk korban dan melatih sukarelawan di seluruh negeri.

Namun pada awal pekan ini UNICEF mengatakan ribuan keluarga pengungsi yang tinggal di kamp pengungsian dan masyarakat Bangladesh yang tinggal di desa-desa dekat pengungsian itu terancam terkena banjir dan longsor. UNICEF mengatakan situasi yang paling mengerikan terjadi di kamp pengungsian di mana lebih dari 4 ribu keluarga yang terdampak sudah dipindahkan ke tempat yang lebih mana. 

Hujan lebat itu mengakibatkan satu anak laki-laki berusia 7 tahun tenggelam dan dua anak lainnya terluka. UNICEF mengatakan sekolah dan fasilitas publik yang melayani 60 ribu anak juga rusak.

"Hanya tidak mungkin untuk memikirkan bagaimana anak semuda ini bisa tinggal dengan kondisi seperti ini, saya tahu ada lebih dari setengah juta orang," kata Ban di Kutapalong, Kamis (11/7).

Bangladesh salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Ban  berkunjung bersama Chief Executive Officer World Bank Kristalina Georgieva dan komisioner GCA lainnya. Organisasi internasional itu dibentuk di Belanda pada tahun 2018 lalu. 

Ban, Bill Gates selaku pendiri Bill & Melinda Gates Foundation dan Georgieva menjadi dewan di GCA. Saat terbang dari Dhaka ke Cox Bazar, Ban dan pemimpin GCA lainnya melihat luas wilayah yang tergenang banjir di negara 160 juta penduduk itu.

"Bangladesh, tentu, salah satu negara yang paling rentan dan perubahan iklim terjadi, lebih cepat, dengan visi Perdana Menteri (Sheik) Hasina, Bangladesh telah berinvestasi dengan bijaksana, itulah mengapa kami di sini untuk belajar dari Bangladesh dan untuk menyebarkan pesan ini keseluruh dunia," kata Ban.

Ia juga bertemu dengan Perdana Menteri Bangladesh Hasina. Mereka berdiskusi tentang bagaimana beradaptasi dengan banjir, naiknya permukaan air dan cuaca ekstrem.

Georgieva memuji kemajuan Bangladesh dalam mengurangi kerusakan dan jumlah korban dari banjir musiman. Selama perjalanan ke Cox Bazar para pejabat melihat dataran rendah teredam banjir. Georgieva mengatakan tapi karena jalan-jalan ditinggikan maka banjir bisa tertahan.

"Lebih banyak dan banyak lagi sabuk hijau yang melindungi masyarakat dataran rendah dan juga saya melihat pertanian berjalan dengan baik," katanya.

sumber : ap
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement