Sabtu 06 Jul 2019 18:40 WIB

Media Korut: Mahasiswa Australia Lakukan Aksi Mata-Mata

Pemerintah Australia memperingatkan Sigley tidak kembali ke Korut.

Mahasiswa Australia Alek Sigley saat tiba di bandara Tokyo, Kamis (4/7). Dia hilang selama sepekan di Korea Utara (Korut).
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Mahasiswa Australia Alek Sigley saat tiba di bandara Tokyo, Kamis (4/7). Dia hilang selama sepekan di Korea Utara (Korut).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) mengatakan mahasiswa Australia Alek Sigley,  melakukan kegiatan mata-mata, Sabtu (6/7).

Sigley menghilang sekitar dua pekan lalu. Hal itu mendorong kekhawatiran mendalam tentang nasibnya.

Baca Juga

Namun, ia dibebaskan dan terbang ke Jepang pada Kamis lalu. "Investigasi mengungkapkan atas dorongan NK News dan media anti-Korut lainnya, ia beberapa kali menyerahkan data dan foto yang ia kumpulkan dan analisis sambil menyisir Pyongyang dengan menggunakan kartu identitas mahasiswa asing," kata KCNA.

KCNA menambhakan Sigley mengakui tindakan mata-matanya dan berulang kali meminta pengampunan. "Pemerintah Korut menunjukkan kesabaran kemanusiaan dan mendeportasinya pada 4 Juli," laporan itu mengatakan, dilansir di Channel News Asia, Sabtu.

Dalam sebuah pernyataan email pada Jumat, Sigley tidak menyebutkan alasan penahanannya atau apa yang terjadi padanya. "Saya sekarang bermaksud kembali ke kehidupan normal," katanya.

Ia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Swedia dan Australia atas bantuan membebaskannya. "Aku hanya ingin semua orang tahu aku baik-baik saja. Aku sangat senang bisa kembali dengan istriku, Yuka, dan telah berbicara dengan keluargaku di Perth untuk meyakinkan mereka aku baik-baik saja," katanya.

Otoritas Swedia memainkan peran penting karena Australia tidak memiliki kehadiran diplomatik di Korut dan bergantung pada negara lain untuk bertindak atas namanya. Diplomat Swedia yang membantu mengamankan pembebasan Sigley, Kent Harstedt, mengatakan kepada Reuters melalui telepon dia tidak dapat mengungkapkan rincian penahanan.

Sigley, yang fasih berbahasa Korea, adalah satu dari sedikit orang Barat yang belajar di Pyongyang. Dia mengorganisasi tur ke Korut dan mengelola sejumlah situs media sosial yang biasanya memiliki aliran konten apolitis tentang kehidupan di salah satu negara paling rahasia di dunia itu.

Unggahan blognya fokus pada Pyongyang setiap hari, mulai dari tempat makan kota hingga ulasan aplikasi Korut. Ia menikahi istrinya yang merupakan warga Jepang di sana tahun lalu. Pemerintah Australia telah memperingatkannya tidak kembali ke Korut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement