Rabu 03 Jul 2019 16:17 WIB

OKI Harapkan Rusia Atasi Ketegangan Kawasan Arab

Rusia dinilai memiliki hubugan istimewa dengan negara-negara di kawasan Arab.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Bendera Rusia
Bendera Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH – Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Yousef bin Ahmad al-Othaimeen berharap Rusia dapat berperan dalam mengatasi ketegangan di kawasan Arab. Menurutnya, Moskow telah memenuhi kriteria untuk melakukan hal tersebut.

Al-Otahimeen menjelaskan, selain menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia memiliki hubungan istimewa dengan negara-negara di kawasan. Oleh sebab itu, dia menilai Rusia dapat berperan dalam mengatasi ketegangan yang saat ini membekap wilayah Arab.

Baca Juga

Ia berpendapat, segala eskalasi yang terjadi di kawasan berpotensi menjadi ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional. Al-Othaimeen, yang hendak melakukan kunjungan ke Moskow, menyambut upaya masyarakat internasional, termasuk Rusia, untuk memperkuat gencatan senjata dan mengurangi ketegangan di Suriah.

Dia mengatakan, isu Suriah menjadi salah satu topik utama yang akan dibahasnya dengan pejabat Rusia nanti. OKI menegaskan kembali posisinya dalam menjaga persatuan, kedaulatan, dan integritas teritorial Suriah.

“Kami akan mencerminkan posisi yang disepakati oleh negara-negara anggota dalam masalah Suriah, terutama apa yang disepakati pada pertemuan terakhir Dewan Menteri Luar Negeri di Abu Dhabi dan komunike akhir dari KTT Islam di Mekah pada Ramadan lalu,” kata al-Othaimeen, dikutip laman Asharq Al-Awsat, Rabu (3/7).

Saat berada di Rusia, al-Othaimeen akan melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan pejabat senior lainnya. Pada kesempatan itu, mereka akan mengeksplorasi cara-cara untuk mempromosikan hubungan antara OKI dan Rusia serta membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian dunia Islam.

Kunjungan al-Othaimeen ke sana datang dalam kerangka hubungan historis dan strategis antara Rusia dan dunia Islam. Sejak 2008, Rusia memegang status negara pengamat di 57 negara anggota OKI. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement