Senin 05 Aug 2019 09:21 WIB

Iran Kembali Sita Kapal Tanker Komersial

Dua pekan terakhir, Garda Revolusi Iran sudah menyita tiga kapal komersial.

Kapal cepat Garda Revolusi Iran mengelilingi kapal tanker minyak berbendera Inggris Stena Impero pada Ahad, 21 Juli 2019 di pelabuhan Iran di Bandar Abbas, setelah kapal itu ditangkap di Selat Hormuz dua hari sebelumnya.
Foto: Morteza Akhoondi/Tasnim News Agency via AP
Kapal cepat Garda Revolusi Iran mengelilingi kapal tanker minyak berbendera Inggris Stena Impero pada Ahad, 21 Juli 2019 di pelabuhan Iran di Bandar Abbas, setelah kapal itu ditangkap di Selat Hormuz dua hari sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Garda Revolusi Iran dilaporkan menyita sebuah kapal di Teluk Persia yang diklaim membawa bahan bakar selundupan. Penyitaan ini menjadi penyitaan ketiga yang dilakukan Iran terhadap kapal komersial dalam beberapa pekan terakhir.

Stasiun televisi Iran dan kantor berita setengah resmi Fars melaporkan, tujuh awak kapal tersebut ditahan. Mereka menyebutkan, kapal itu membawa 700 ribu liter bahan bakar selundupan dari Iran. Laporan media setempat tidak memberikan rincian atau bendera kapal tersebut.

Fars melaporkan, kapal itu ditahan di dekat Pulau Farsi, yaitu lokasi Pangkalan Angkatan Laut Garda Revolusi Iran. Pulau itu berada Teluk Persia, antara Arab Saudi dan Iran, sebelah utara Selat Hormuz.

"Kapal asing itu menerima bahan bakar dari kapal dan mengirimkannya ke negara-negara Arab Teluk Persia," kata Komandan Garda Revolusi Jenderal Ramazan Zihari, seperti dikutip Fars, Ahad (4/8).

Dalam dua pekan terakhir, Garda Revolusi sudah menyita tiga kapal komersial. Dua yang terakhir karena menyelundupkan bahan bakar.

Armada Kelima Amerika Serikat (AS) yang berpangkalan di Bahrain mengatakan, tidak memiliki informasi untuk mengonfirmasi laporan tersebut. Pakar pelacak maritim juga mengatakan, mereka tidak memiliki informasi tentang insiden atau kapal tertentu.

Pemerintah Iran mengkhawatirkan penyelundupan bahan bakar. Bulan lalu, media-media Iran melaporkan, ada delapan juta liter bahan bakar bersubsidi Iran yang setiap harinya diselundupkan melalui perbatasan Iran dengan negara lain untuk dijual dengan harga yang lebih mahal.

Ketegangan di Selat Hormuz, jalur minyak antara Iran dan Oman semakin memanas. AS meningkatkan kehadiran militernya di kawasan tersebut dan AS juga menuduh Iran menyerang enam kapal tanker di Teluk Oman. Teheran membantah tuduhan serangan tersebut.

Pada 18 Juli Garda Revolusi menyita kapal tanker Uni Emirat Arab yang berbendera Panama. Mereka menuduh, kapal itu menyelundupkan sati juta liter bahan bakar dari Iran untuk dijual ke konsumen asing.

Satu pekan setelahnya, Angkatan Laut Garda Revolusi menyita kapal berbendera Inggris di Teluk Persia. Beberapa pejabat Iran mengisyaratkan penyitaan itu sebagai balasan atas penyitaan yang dilakukan Angkatan Laut Inggris terhadap kapal Iran di Gibraltar.

Inggris mengatakan, kapal Iran itu diduga melanggar sanksi Uni Eropa yang melarang pengiriman bahan bakar ke Suriah. Iran membantah kapal tersebut ada hubungannya dengan Suriah, tapi mereka juga mengungkapkan tujuan kapal tersebut.

Ketegangan antara AS dan Iran bermula ketika Presiden AS Donald Trump memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada tahun lalu. JCPOA adalah perjanjian yang ditandatangani Iran dan Presiden Barack Obama bersama lima kekuatan dunia lainnya.

Trump juga memberlakukan kembali sanksi ekonomi ke Iran. Ini memicu Teheran dengan terang-terangan melanggar ketetapan JCPOA atas batas uranium yang diperkaya. n lintar satria/ap ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement