Selasa 06 Aug 2019 11:49 WIB

Rusia Siap Kembangkan Rudal Nuklir

Rusia akan kembangkan rudal nuklir jika AS melakukan hal yang sama.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Tentara Rusia di samping rudal penjelajah darat 9M729 dengan peluncurnya di Kubinka, Rusia, Rabu (23/1).
Foto: AP Photo/Pavel Golovkin
Tentara Rusia di samping rudal penjelajah darat 9M729 dengan peluncurnya di Kubinka, Rusia, Rabu (23/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya siap mengembangkan rudal nuklir berbasis darat jarak pendek dan menengah. Langkah itu akan ditempuh jika Amerika Serikat (AS) melakukan hal serupa.

“Jika Rusia mendapatkan informasi yang dapat dipercaya bahwa AS telah selesai mengembangkan sistem ini dan mulai memproduksinya, Rusia tidak akan memiliki pilihan lain selain untuk terlibat dalam upaya skala penuh guna mengembangkan rudal yang sama,” kata Putin pada Senin (5/8).

Baca Juga

Kendati demikian, Putin masih merasa bahwa dialog antara Rusia dan AS masih penting dilakukan. “Untuk menghindari kekacauan tanpa aturan, batasan, dan undang-undang, kita perlu sekali lagi mempertimbangkan semua konsekuensi berbahaya dan meluncurkan dialog serius serta bermakna yang bebas dari ambiguitas apa pun,” ujarnya.

Rusia dan AS diketahui telah sama-sama keluar dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) yang ditandatangani pada 1987. Perjanjian itu melarang kedua negara untuk memproduksi serta memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Pekan lalu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan negaranya siap mengembangkan rudal balistik jenis baru yang sebelumnya dilarang di bawah INF. “Sekarang setelah kami mundur, Departemen Pertahanan akan sepenuhnya mengejar pengembangan rudal konvensional yang diluncurkan di darat ini sebagai respons yang bijaksana terhadap tindakan Rusia dan sebagai bagian dari portofolio opsi serangan konvensional yang lebih luas dari Pasukan Gabungan,” katanya.

Dia pun menilai bahwa keputusan AS mundur dari INF tepat. Sebab Washington tidak akan tetap menjadi pihak dalam perjanjian itu, sementara Rusia melakukan pelanggaran yang disengaja. “Departemen Pertahanan akan bekerja sama dengan sekutu kita saat kita bergerak maju dalam mengimplementasikan Strategi Pertahanan Nasional, melindungi pertahanan nasional kita, dan membangun kapasitas mitra,” ujar Esper.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement