Sabtu 10 Aug 2019 17:34 WIB

Iran Ungkap Sistem Pertahanan Misil yang Baru

Jangkauan sistem pertahanan baru milik Iran bisa mencapai 400 kilometer.

Rep: Lintar Satria/ Red: Andri Saubani
Sebuah foto yang mengilustrasikan peluncuran misil militer Iran.
Foto: Amir Kholousi, ISNA via AP
Sebuah foto yang mengilustrasikan peluncuran misil militer Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengungkapkan sistem pertahanan misil mereka yang baru. Teheran mengatakan, jangkauan sistem pertahanan itu sampai 400 kilometer dan dapat mempertahankan diri dari peluru kendali, misil balistik dan drone.

"Sistem ini memiliki kapabilitas yang tinggi dan dapat mendekteksi semua tipe peluru kendali dan misil balistik dan drone," kata Komandan Harian Angkatan Udara Iran Brigade Jenderal Alireza Sabahifard, seperti dikutip kantor berita Mehr, Sabtu (10/8).

Baca Juga

Hal ini diumumkan saat ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran semakin memanas. Terutama, setelah Iran menembak jatuh drone pengintai AS di Teluk dengan sistem pertahanan udara mereka bulan Juni lalu.

Teheran mengatakan, drone itu melewati batas teritori mereka. Sementara Washington mengaku pesawat tanpa awak mereka terbang di ruang udara internasional.

Stasiun televisi milik pemerintah Iran menunjukan Falaq. Kendaraan dan radar bergerak yang katanya versi lebih bagus dari sistem Gamma. Menurut pakar militer asalnya dari Rusia.

Mehr melaporkan, Sabahifard mengatakan Falaq sistem pertahanan lama yang dirombak total. Sabahifard tidak menjelaskan asal negara sistem pertahanan yang baru tersebut.

Pengamat militer negara-negara Barat mengatakan Iran sering melebih-lebihkan kemampuan senjata mereka. Tetapi, program misil balistik jarak jauh Iran tetap membuat Washington khawatir.

Kekhawatiran yang membuat Presiden AS Donald Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) tahun lalu. Serta memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran.

Hal ini menciptakan ketegangan di Teluk Persia. Lima negara penandatangan JCPOA berusaha untuk mempertahankan perjanjian tersebut. Karena ketegangan ini negara-negara Eropa sedang membentuk koalisi perlindungan kapal tanker yang berlayar di Teluk Persia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement