Senin 12 Aug 2019 15:55 WIB

Demonstran Hong Kong Penuhi Bandara

Demonstrasi di Hong Kong telah memasuki pekan ke sepuluh.

Rep: Rossi Handayani / Red: Nur Aini
Bandara Internasional Hong Kong
Foto: Google.com
Bandara Internasional Hong Kong

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Demonstran berpakaian hitam membanjiri bandara internasional Hong Kong pada Senin (12/8). Mereka berang atas tindakan polisi pada Ahad malam (11/8), yang belum pernah terjadi sebelumnya. Polisi membuat bagian dalam beberapa stasiun kereta bawah tanah dipenuhi dengan gas air mata dan beberapa demonstran terluka parah.

Peristiwa pada Ahad menandai eskalasi mengejutkan, ketika seorang perempuan muda yang diyakini sebagai tenaga medis sukarela, dilaporkan buta di satu mata setelah terkena proyektil. Hal itu terjadi saat protes anti-pemerintah memasuki pekan ke sepuluh berturut-turut.

Baca Juga

Di tempat lain di kota itu, polisi tertangkap dalam video yang tampaknya menembakkan senjata kendali ke arah para pengunjuk rasa dari jarak dekat di ruang tertutup. Petugas juga terlihat mengejar orang-orang turun eskalator sambil mengayunkan tongkat.

Gas air mata ditembakkan di dalam setidaknya dua stasiun, yang mengenai para pengunjuk rasa. Ketika demonstrasi bermunculan di beberapa tempat, polisi dituduh menyamar sebagai demonstran dan melakukan penangkapan. 

"Operasi polisi kemarin adalah konyol. Seharusnya saya bekerja hari ini, tetapi saya pergi. Saya harap pemerintah akan mendengarkan kami," kata Nicekayla, seorang pekerja ritel (27 tahun) yang seperti banyak pemrotes lain menolak menggunakan nama aslinya karena takut ditangkap, dilansir The Time, Senin (12/8).

Menjelang sore, para demonstran telah memenuhi ruang kedatangan dan keberangkatan, menghalangi penumpang untuk mengakses pos pemeriksaan keamanan. Mengenakan T-shirt hitam dan topeng, kerumunan itu tampak marah, dengan meneriakkan slogan-slogan seperti "mata ganti mata!", mengacu pada petugas medis muda. Banyak yang mengenakan kasa di mata kanan mereka.

"Saya keluar hari ini untuk menolak pemerintah di Hong Kong dan kekerasan polisi. Apa yang kita lihat di TV kemarin, polisi menggunakan kekerasan apa pun yang dapat digunakan," kata Matthew (22 tahun) yang bekerja di bidang IT. 

Pemerintah sejauh ini merespons dengan mengerahkan semakin banyak petugas polisi. Hal itu juga membangkitkan kemarahan publik dan ketidakpercayaan yang semakin besar pada saat krisis.

Pada Senin, wartawan dan anggota parlemen diundang untuk mengamati polisi Hong Kong menunjukkan bagaimana mereka menggunakan kendaraan lapis baja, yang dilengkapi dengan meriam air. Hal yang disampaikan Amnesty International dapat mengakibatkan cedera serius di jalan-jalan kota yang padat penduduk.

Protes itu dipicu sebagai tanggapan terhadap proposal pemerintah yang akan memungkinkan transfer tahanan ke China. Akan tetapi segera melonjak ke gerakan yang lebih besar menuntut lebih banyak demokrasi di wilayah semi-otonomi China. Pemimpin Hong Kong, Kepala Eksekutif Carrie Lam, telah menangguhkan undang-undang tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement