Ahad 11 Aug 2019 11:35 WIB

Korut: Tidak akan Ada Pembicaraan Antar-Korea

Korut kembali uji coba rudal untuk menanggapi latihan gabungan militer Korsel dan AS.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Seorang pria Korea Selatan menonton sebuah televisi yang menampilkan siaran berita yang melaporkan peluncuran rudal balistik jarak menengah Korea Utara di sebuah stasiun di Seoul.
Foto: EPA/ Jeon Heon-Kyun
Seorang pria Korea Selatan menonton sebuah televisi yang menampilkan siaran berita yang melaporkan peluncuran rudal balistik jarak menengah Korea Utara di sebuah stasiun di Seoul.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara menyatakan tidak akan ada pembicaraan dua Korea jika latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat tidak dihentikan. Sebelumnya, Korut menguji coba rudal untuk menanggapi latihan militer gabungan tersebut.

Media pemerintah KCNA melaporkan, Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menyaksikan peluncuran uji coba rudal jarak pendek kelima pada Sabtu (10/8). Peluncuran rudal tersebut merupakan ancaman bagi Korea Selatan (Korsel) yang telah memulai latihan militer gabungan yang disimulasikan melalui komputer dengan Amerika Serikat (AS). 

Baca Juga

Korut menyebut latihan gabungan itu sebagai latihan perang. Oleh karena itu, Korut membalas dengan aksi militernya tersendiri yakni melalui uji coba rudal jarak pendek. KCNA melaporkan, rudal kelima yang ditembakkan telah dikembangkan dengan sempurna dan cukup kuat. 

Ahli rudal di Pusat Penelitian Nonproliferasi James Martin di Kalifornia mengatakan, foto-foto yang dikeluarkan oleh KCNA tampaknya menunjukkan jenis baru rudal balistik jarak pendek. Namun, diperlukan analisis yang lebih rinci untuk membuktikan kebenarannya. 

Dalam pernyataan terpisah, seorang diplomat senior Korut mengatakan kepada KCNA, tidak akan ada pembicaraan antar-Korea kecuali latihan militer gabungan dengan AS dihentikan. Direktur Jenderal urusan Amerika Kementerian Luar Negeri Korut Kwon Jong-gun mengatakan, latihan militer tersebut telah menempatkan Korut sebagai musuh.

"Mereka harus berpikir bahwa kontak antar-Korea akan sulit dilakukan kecuali mereka mengakhiri latihan militer, atau sebelum mereka membuat alasan yang masuk akal atau penjelasan dengan cara yang tulus," ujar Kwon. 

Sebelumnya, Korsel mendesak Korut untuk menghentikan uji coba rudal jarak pendek yang kerap dilakukan dalam waktu berdekatan. Kwon menilai, pernyataan Korsel tersebut hanya omong kosong belaka. 

"Bahkan presiden AS membuat pernyataan yang mengakui hak membela diri dari negara berdaulat, dengan mengatakan bahwa itu adalah uji coba rudal kecil yang dilakukan banyak negara," kata Kwon.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, Kim telah mengirim surat yang menyatakan bahwa Korut siap melanjutkan negosiasi denuklirisasi. Dalam suratnya, Kim meminta maaf kepada Trump atas uji coba rudak jarak pendek selama beberapa pekan belakangan. Kim mengatakan, uji coba rudal akan berhenti ketika latihan militer Korsel-AS selesai dilakukan. 

Perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu diketahui berakhir tanpa kesepakatan. Hal itu disebabkan karena kedua belah pihak mempertahankan posisinya tentang penerapan sanksi.

Korut, yang telah menutup beberapa situs uji coba rudal dan nuklirnya, meminta AS mencabut sebagian sanksi ekonominya. Namun AS tetap berkukuh tak akan mencabut sanksi apa pun. Kecuali Korut telah melakukan denuklirisasi menyeluruh dan terverifikasi. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement