Senin 12 Aug 2019 19:48 WIB

Kashmir Tetap Terisolasi Selama Idul Adha

Frustrasi meningkat di Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Kashmir meneriakkan slogan dalam protes usai shalat Idul Adha di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Senin (12/8).
Foto: AP Photo/Dar Yasin
Muslim Kashmir meneriakkan slogan dalam protes usai shalat Idul Adha di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Senin (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Kota terbesar Srinagar di Kashmir sebagian besar terisolasi oleh pihak berwenang India dalam perayaan Idul Adha, Senin (12/8). Langkah ini diambil untuk mencegah protes besar terhadap keputusan yang membatalkan hak-hak khusus Kashmir.

Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Reuters, keputusan memperketat pembatasan menyusul pertemuan sekretaris kepala negara bagian dengan pejabat administrasi, dan kepolisian distrik pada Ahad (11/8). "Diputuskan pembatasan akan dikenakan pada Idul Adha untuk mencegah pertemuan yang bisa berubah menjadi kekerasan," katanya.

Baca Juga

Pada Senin, banyak warga Srinagar mengatakan mereka berencana melewatkan acara penyembelihan hewan kurban. Ini karena mereka tidak merasa ingin merayakannya.

"Apa yang kita rayakan? Saya tidak bisa menelepon kerabat saya untuk mengucapkan selamat Id, kami tidak bisa membeli barang. Jadi, perayaan macam apa ini?" ucap seorang wanita tua, Aneesa Shafi yang memasuki sebuah masjid di daerah Barzulla kota.

Frustrasi meningkat di Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim atas langkah India pekan lalu untuk membatasi otonomi bagi negara bagian Jammu dan Kashmir. Ratusan orang yang meneriakkan slogan-slogan anti-India turun ke jalan-jalan menyusul doa-doa di lingkungan Soura, tempat demonstrasi besar pada Jumat. Akan tetapi pemerintah sebagian besar menutup daerah itu dan membuat protes tetap terlokalisasi.

"Kami menginginkan kebebasan, kami bukan bagian dari India, atau Pakistan. Modi berbohong kepada orang-orangnya bahwa penghapusan status khusus Kashmir baik untuk kita. Kami akan melawannya sampai napas terakhir kami," kata Asifa, seorang wanita berusia 18 tahun yang termasuk diantara mereka yang memprotes di Soura.

Suara-suara pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-India dan pro-Pakistan semakin keras ketika suara helikopter membumbung di atas kepala. Setidaknya tiga pesawat yang melayang di atas Srinagar untuk berjaga-jaga.

Saksi mata melaporkan insiden pelemparan batu pasukan keamanan secara sporadis pada Ahad dan Senin pagi. "Ada beberapa insiden pelemparan batu yang terisolasi," kata Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan.

Wartawan Reuters termasuk diantara banyak orang yang berhenti di penghalang jalan dan terus memasuki bagian kota pada Ahad. "Di Srinagar, dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan teroris, militan, dan unsur-unsur nakal yang mencoba mengganggu ketertiban umum dan perdamaian, pembatasan yang wajar diberlakukan pada pertemuan besar di daerah-daerah sensitif," ujar kementerian itu.

Orang-orang masih berkumpul di masjid-masjid dalam jumlah besar pada Senin. Para jamaah didorong untuk menghadiri shalat di daerah-daerah di mana mereka tinggal, daripada mencoba pergi ke masjid-masjid paling terkenal di Srinagar.

Pengendalian komunikasi tetap dilakukan selama delapan hari, tanpa Internet, ponsel, atau sambungan telepon tetap yang berfungsi. Sebenarnya tidak ada informasi independen yang muncul dari tempat lain di Lembah Kashmir, kecuali Srinagar dalam sepekan terakhir. Lebih dari 300 pemimpin daerah dan aktivis tetap dalam berbagai bentuk penahanan.

Di samping itu, penduduk mengatakan keheningan di jalan-jalan kota itu seperti tidak pernah mereka alami sebelumnya selama Idul Adha. Bahkan daerah-daerah yang paling terkenal, seperti alun-alun kota, Lal Chowk, yang seharusnya dipenuhi orang, kosong. Toko-toko ditutup, jendela dan dinding tertuliskan anti-India termasuk, 'Pergi India' dan 'Kami Ingin Kebebasan'.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement