Kamis 15 Aug 2019 05:25 WIB

KJRI Hong Kong: Unjuk Rasa Masih Terpusat di Bandara

Masyarakat dapat mencari informasi di grup Facebook KJRI Hong Kong.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Demonstran saat melakukan aksi duduk di terminal kedatangan di Bandara Internasional Hong Kong, Hong Kong, Senin (12/8). Semua penerbangan yang tersisa dibatalkan.
Foto: AP Photo/Vincent Thian
Demonstran saat melakukan aksi duduk di terminal kedatangan di Bandara Internasional Hong Kong, Hong Kong, Senin (12/8). Semua penerbangan yang tersisa dibatalkan.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pelaksana Tugas Konsul Jenderal Indonesia untuk Hong Kong Mandala Sukarto Purba mengatakan sampai saat ini, selain di Bandara International Hong Kong, kondisi di kota itu baik-baik saja. Unjuk rasa baru-baru ini masih terpusat di bandara.

"Unjuk rasanya sekarang terjadi di bandara, selain di bandara daerah lain aman-aman saja," kata Mandala, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (14/8).

Baca Juga

Hong Kong sebagai wilayah otonom berada di bawah kendali China sejak 1997. Sejak awal Juni, Hong Kong mengalami protes yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Berawal protes terhadap rancangan undang-undang ekstradisi yang dapat membawa tersangka ke China untuk diadili pengunjuk rasa memperluas tuntutan mereka. Kini pengunjuk rasa Hong Kong menuntut demokrasi yang lebih besar dari China.

Sejak pekan lalu pengunjuk rasa menduduki bandara. Kementerian Luar Negeri Indonesia pun mengeluarkan imbauan warga Indonesia untuk menunda perjalanan ke Hong Kong jika sifatnya tidak mendesak.

"Masih berlaku, imbauan Konsulat Indonesia untuk keluarga WNI di Hong Kong," kata Mandala.

Mandala mengatakan ada beberapa orang yang menghubungi KJRI. Biasanya mereka meminta informasi dan perkembangan terbaru di kota tersebut.

Mandala mengatakan demonstrasi yang terjadi selama beberapa pekan terakhir tidak terlalu banyak menganggu aktivitas konsulat. Menurutnya, para demonstran tidak mengganggu aktivitas warga kota.

"Biasanya demo besar itu diakhir pekan aja, walaupun demonstran lalu lalang di depan konsulat kami tetap buka, toko tetap buka, kalau kami demonstran tidak mengganggu, kecuali malam hari, harus dihindari," kata Mandala.

photo
Penumpang telantar di terminal keberangkatan di Bandara Internasional Hong Kong di Hong Kong, Selasa (13/8).

Ia mengakui ketika malam tiba demonstrasi dapat tidak terkendali. Para pengunjuk rasa melempari polisi dengan batu. Polisi biasanya membalas dengan gas air mata dan peluru karet.

"Tapi yang di daerah itu saja, di daerah lainnya tidak," ujar Mandala.

Mandala mengatakan masyarakat dapat mencari informasi di grup Facebook KJRI. Di sana, kata Mandala, WNI di Hong Kong aktif berbagi informasi tempat tinggal mereka.

Pada Selasa (13/8), Kementerian Luar Negeri Indonesia mengeluarkan imbauan. Mereka meminta WNI yang ingin melakukan perjalanan ke Hong Kong mencermati perkembangan keamanan di kota itu.

Indonesia juga meminta warganya menunda perjalanan ke Hong Kong jika sifatnya tidak mendesak. Setidaknya sampai kondisi di kota tersebut cukup kondusif.

Mereka juga meminta WNI di Hong Kong untuk tetap tenang dan waspada serta menjauhi lokasi berkumpulnya pengunjuk rasa. Indonesia juga meminta warganya untuk tidak terlibat dalam kegiatan politik setempat.

Sementara itu kantor berita Reuters melaporkan unjuk rasa yang terjadi selama beberapa pekan terakhir ini membuat banyak rakyat Hong Kong membeli peralatan keselamatan. Walaupun demonstrasi anti-pemerintah mengguncang perekonomian Hong Kong, tapi John Lam justru semakin sukses.

Barang-barang yang ia jual seperti topi keselamatan, masker gas, kacamata debu dan peralatan keselamatan lainnya laku keras. Peralatan tersebut demi melindungi diri mereka saat bentrok dengan polisi para pengujuk rasa pun memborongnya.

"Banyak orang yang bersedia menabung uang makan mereka untuk membeli peralatan keselamatan, terutama para mahasiswa," kata Lam di dalam tokonya Shing Fat Safety Products di Yau Ma Tei.

Lam mengatakan peralatan yang biasanya tidak berguna bagi orang kebanyakan justru sangat penting di momen genting. Lam mengaku ia anti-kekerasan. Tapi pada akhir Juli lalu penjualannya naik dua sampai tiga kali lipat.

Hal ini menunjukan para demonstran Hong Kong sadar akan keselamatan diri mereka. Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku intelijen AS memberitahunya China sedang memobilisasi angkatan bersenjata ke Hong Kong.

"Intelijen kami telah memberi tahu saya Pemerintah China memindahkan pasukan ke Perbatasan dengan Hong Kong. Semua orang harus tenang dan aman!" cicit Trump di Twitter.

Sejumlah video yang diunggah di media sosial pada Senin pagi lalu menunjukkan kendaraan militer China berduyun-duyun masuk ke Shenzhen. Media milik pemerintah China Global Times mengunggah kompilasi video yang memperlihatkan truk-truk militer konvoi berbaris di Shenzhen.

Video propaganda itu menunjukkan sejumlah pengangkut personel lapis baja, truk, dan kendaraan lain milik Angkatan Kepolisian Bersenjata Rakyat China ada di jalan-jalan kota Shenzhen. Mereka adalah polisi paramiliter yang bertanggung jawab atas pengendalian kerusuhan dan kontraterorisme.

Dalam laporannya, The Global Times pada 6 Agustus ada 12 ribu petugas polisi, tank, helikopter, dan kendaraan amfibi yang berkumpul di Shenzhen. Mereka tampaknya sedang melakukan latihan operasi antihuru-hara.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement