Selasa 06 Aug 2019 13:50 WIB

Inggris dan AS Gelar Misi Maritim di Selat Hormuz

Bulan lalu Garda Revolusi Iran menangkap dan menahan kapal tanker Inggris.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Kapal perang Inggris HMS Montrose mengawal kapal tanker Inggris di Selat Hormuz.
Foto: Reuters
Kapal perang Inggris HMS Montrose mengawal kapal tanker Inggris di Selat Hormuz.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dalam misi keamanan maritim internasional di Selat Hormuz. Hal itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan misi keamanan maritim di Selat Hormuz memang penting untuk melindungi lalu lintas kapal tanker dan kargo, khususnya yang berasal dari Inggris dan AS. “Penyebaran ini akan memperkuat keamanan dan memberikan jaminan untuk pengiriman,” katanya, Senin (5/8), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Selain itu, dia menilai misi di Selat Hormuz dibutuhkan untuk menegaskan kebebasan navigasi di wilayah perairan tersebut. “Tujuan kami membangun dukungan internasional seluas-luasnya untuk menegakkan kebebasan navigasi di kawasan ini, sebagaimana dilindungi hukum internasional,” ujarnya.

Raab menegaskan, kendati bergabung dengan AS, pendekatan negaranya terhadap Iran tak berubah. “Kami tetap berkomitmen bekerja dengan Iran dan mitra internasional mengurangi situasi serta mempertahankan kesepakatan nuklir,” ucapnya.

Bulan lalu Garda Revolusi Iran menangkap dan menahan kapal tanker Inggris, Stena Impero, saat melintasi Selat Hormuz. Teheran mengklaim tindakan itu dilakukan untuk menegakkan hukum internasional. 

Iran menyangkal tudingan Stena Impero ditahan sebagai aksi balasan karena Inggris telah menangkap kapal tankernya pada awal Juli lalu. “Kapal Inggris telah menolak sinyalnya selama lebih dari yang diizinkan (dan) melewati kanal yang salah, membahayakan keselamatan dan keamanan pengiriman serta navigasi di Selat Hormuz, yang menjadi tanggung jawab kami,” kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.

photo

Dia berharap Inggris dapat memahami hal tersebut. “Penting bagi semua orang menyadari, penting bagi Boris Johnson memahami, Iran tidak mencari konfrontasi militer,” kata Zarif.

Pada 4 Juli lalu, Marinir Kerajaan Inggris menangkap dan menahan kapal tanker Iran, Grace 1, di Selat Gibraltar. Grace 1 diduga hendak mengirim pasokan minyak ke Suriah yang tengah berada di bawah sanksi Uni Eropa.

Awalnya Grace 1 akan dibebaskan dua pekan setelah penangkapan. Namun, Mahkamah Agung Gibraltar telah memperpanjang masa penahanannya hingga satu bulan ke depan.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan akan merespons tindakan Inggris yang telah menahan Grace 1. Dia menilai hal itu sebagai sebuah pembajakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement