Jumat 09 Aug 2019 11:10 WIB

Cuaca Panas Diduga Tewaskan Pekerja Proyek Olimpiade Tokyo

Cuaca panas di Tokyo diduga menjadi penyebab kematian pekerja proyek Olimpiade.

Pekerja melakukan pembangunan Stadion Nasional baru di Tokyo, Jepang, 24 Maret 2017. Stadion ini akan menjadi arena utama untuk pembukaan dan penutupan Olimpiade Tokyo 2020.
Foto: EPA/KIMIMASA MAYAMA
Pekerja melakukan pembangunan Stadion Nasional baru di Tokyo, Jepang, 24 Maret 2017. Stadion ini akan menjadi arena utama untuk pembukaan dan penutupan Olimpiade Tokyo 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Serangan cuaca panas diduga menjadi penyebab tewasnya seorang pekerja pembangunan kompleks Olimpiade Tokyo 2020, demikian dilaporkan televisi nasional Jepang NHK, Jumat. Tokyo sedang dilanda gelombang panas, yang telah menyebabkan lusinan orang meninggal setahun menjelang pesta olahraga terbesar di dunia itu digelar.

Suhu panas telah menewaskan setidaknya 57 orang di seluruh Jepang sejak akhir Juli lalu. Panas yang menyengat dikhawatirkan membahayakan kesehatan atlet serta penonton Olimpiade.

Baca Juga

Seorang pekerja berusia 50 tahun, yang sedang membentangkan kabel di luar Tokyo Big Sight, ditemukan tidak sadarkan diri pada Kamis sore. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.

Tokyo Big Sight adalah gedung yang direncanakan akan digunakan sebagai pusat layanan media pada Olimpiade 2020. Menurut keterangan polisi yang dikutip NHK, cuaca panas di lokasi proyek bisa saja menjadi penyebab sang pekerja tersebut tewas. Tapi, panitia Olimpiade Tokyo 2020 belum memberikan keterangan resmi mengenai kejadian tersebut.

Suhu di Tokyo mencapai lebih dari 31 derajat Celsius sejak 24 Juli lalu. Setahun menjelang pembukaan Olimpiade, yakni Agustus, suhu diperkirakan bisa mencapai 34,8 derajat.

Dalam rentang antara 29 Juli sampai 4 Agustus, sedikitnya 57 orang tewas akibat gelombang panas di seluruh Jepang dan 18.347 lainnya dirawat di rumah sakit. Di Tokyo saja, 45 orang meninggal sejak 1 Agustus lalu, yang sebagian besar adalah orang tua yang tinggal sendiri.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement