Selasa 20 Aug 2019 14:12 WIB

Ilhan Omar dan Rashida Tlaib Kritik Tajam Israel

Israel menolak masuk Ilhan Omar dan Rashida Tlaib ke wilayah Tepi Barat.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Anggota Kongres AS yang mewakili Minnesota, Ilhan Omar di Capitol Hill, Washington, 6 Maret 2019.
Foto: AP Photo/J. Scott Applewhite
Anggota Kongres AS yang mewakili Minnesota, Ilhan Omar di Capitol Hill, Washington, 6 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, SAINT PAUL -- Anggota Kongres Demokrat dari Amerika Serikat (AS), Ilhan Omar dan Rashida Tlaib dengan tajam mengkritik Israel pada Senin (19/8), karena menolak mereka masuk ke negara itu. Keduanya meminta sesama anggota Kongres untuk berkunjung ke Tepi Barat.

"Saya akan mendorong kolega saya untuk mengunjungi, bertemu dengan orang-orang yang akan kita temui, melihat hal-hal yang akan kita lihat, mendengar cerita yang akan kita dengar," kata Omar pada konferensi pers. 

Baca Juga

"Kita tidak bisa membiarkan Trump dan Netanyahu berhasil menyembunyikan kenyataan kejam pendudukan dari kita," ucap Omar.

Atas desakan Presiden AS, Donald Trump, Israel menolak masuk kedua perempuan Muslim atas dukungan mereka dalam gerakan boikot yang dipimpin Palestina. Tlaib dan Omar berencana mengunjungi Yerusalem dan Tepi Barat yang diduduki Israel dalam sebuah tur yang diselenggarakan oleh kelompok Palestina. Keduanya merupakan kritikus tajam terhadap perlakuan Israel terhadap Palestina.

Tlaib, seorang Palestina-Amerika kelahiran AS dari Michigan, juga berencana mengunjungi neneknya yang sudah lanjut usia di Tepi Barat. Pejabat Israel kemudian mengalah dan mengatakan dia bisa mengunjungi neneknya.

Namun Tlaib menjadi emosional ketika dia menceritakan perihal neneknya, yang mendesaknya selama panggilan telepon untuk tidak masuk ke sana. "Dia bilang, saya (sebagai) mimpinya yang terwujud. Saya burung bebasnya. Jadi mengapa saya kembali dan dikurung," katanya.

Tlaib dan Omar pada Senin, bergabung dengan penduduk Minnesota yang menyatakan mereka secara langsung terpengaruh oleh pembatasan perjalanan di masa lalu. Di antara mereka termasuk seorang Amerika-Palestina, Lana Barkawi yang mengeluh bahwa dia tidak pernah bisa mengunjungi tanah air orangtuanya.

Barkawi mengatakan, ia memiliki kesempatan untuk mengunjungi desa ayahnya di Tepi Barat dekat Nablus selama kunjungan keluarga ke Yordania sekitar 25 tahun yang lalu. Akan tetapi orang tuanya memutuskan untuk tidak mengambil risiko melintasi perbatasan.

"Ayah saya tidak bisa menempatkan dirinya dalam posisi di mana seorang tentara Israel adalah orang yang memiliki kendali atas masuknya ke tanah airnya. Ini adalah trauma abadi yang dia dan ibuku jalani," kata Barkawi.  

Sebelum keputusan Israel, Trump menyampaikan melalui Twitter, bahwa itu akan menjadi sebuah pertunjukan kelemahan, jika dua perwakilan Demokrat diizinkan masuk. Israel mengontrol masuk dan keluar ke Tepi Barat, yang direbutnya dalam perang Timur Tengah 1967 bersama dengan Yerusalem timur dan Jalur Gaza.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement