Selasa 20 Aug 2019 16:14 WIB

Hamas Ancam Tingkatkan Kekerasan di Perbatasan Gaza-Israel

Israel diminta tidak menghambat bantuan uang tunai dari Qatar.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Tank Israel mendekati wilayah perbatasan Gaza, Rabu (14/11).
Foto: AP/Tsafrir Abayov
Tank Israel mendekati wilayah perbatasan Gaza, Rabu (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kelompok Hamas dilaporkan telah melayangkan ancaman langsung untuk meningkatkan kekerasan di sepanjang perbatasan Gaza-Israel. Hal itu akan dilakukan jika Israel menghambat masuknya bantuan uang tunai dari Qatar serta gagal meningkatkan pasokan listrik.

Ancaman Hamas itu dilaporkan surat kabar Lebanon, Al-Akhbar, pada Selasa (20/8). “Faksi-faksi telah memberikan lawan bicara ancaman langsung (untuk diteruskan ke Israel). Jika musuh tidak menerapkan pemahaman, memungkinkan masuknya dana Qatar serta meningkatkan pasokan listrik pada akhir pekan ini, mereka akan bergerak untuk meningkatkan eskalasi di lapangan,” kata seorang sumber Hamas yang dikutip Al-Akhbar, dilaporkan laman Times of Israel.

Baca Juga

Belum jelas mengapa Hamas menuntut agar Israel mengizinkan dana Qatar masuk ke Gaza. Kendati demikian, ancaman tersebut telah membuat pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuai kritik.

Partai Blue and White Party adalah salah satu yang melayangkan kritik. “Seperti inilah bentuk pemerasan. Bagi siapa pun yang masih belum mengerti; pencegahan kami tidak terkikis, itu runtuh.. Dalam kabinet baru White and Blue, kami akan menetapkan agenda untuk Hamas dan tidak akan menjadi pemasok dolar,” kata partai tersebut dalam sebuah pernyataan. Israel memang dijadwalkan menghelat pemilu pada awal September mendatang.

Pada Kamis (22/8), utusan Qatar Mohammed al-Emadi dijadwalkan tiba di Gaza. Dia akan mengawasi pencairan dana sebesar 25 juta dolar AS dalam pecahan 100 dolar AS. Uang itu akan diberikan kepada keluarga-keluarga yang membutuhkan.

Sejauh ini, Israel mengizinkan Qatar untuk memberikan bantuan dana secara teratur ke Gaza. Tujuannya tak lain untuk menstabilkan wilayah itu dan mencegah agar krisis kemanusiaan di sana tidak semakin memburuk.

Al-Emadi akan berada di Gaza selama beberapa hari. Dia akan menindaklanjuti pekerjaan dan proyek Komite Rekonstruksi Gaza-Qatar, termasuk pembayaran hibah untuk keluarga miskin.

Akhir pekan lalu pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza. Mereka mengincar dua fasilitas milik kelompok Hamas. "Serangan itu dilakukan sebagai respons atas roket yang diluncurkan dari Gaza awal malam ini," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan. 

Tak ada laporan apakah serangan itu menyebabkan jatuhnya korban jiwa atau luka. Sementara itu, Hamas menyebut serangan Israel ke Gaza bertujuan mengalihkan perhatian atas kekerasan yang terjadi di Tepi Barat baru-baru ini. 

Netanyahu telah mengatakan serangan ke Jalur Gaza akan tetap dilakukan meskipun negaranya hendak menggelar pemilu pada September mendatang. Hal itu dia sampaikan saat melakukan kunjungan selama dua hari ke Ukraina, Senin (19/8).

Netanyahu membantah kabar bahwa dirinya akan menahan diri dan tak melakukan serangan ke Gaza karena alasan pemilu. “Ini tidak benar. Setiap orang yang mengenal saya tahu bahwa pertimbangan saya adalah fakta dan nyata, bahwa saya bertindak dalam kerja sama penuh dengan pasukan keamanan, dengan ketegasan serta tanggung jawab,” ujar Netanyahu, dikutip laman Middle East Monitor.

Netanyahu menegaskan bahwa pemilu tidak akan menahannya untuk melancarkan serangan ke Gaza. “Jika diperlukan, kami akan memulai kampanye (serangan) besar, dengan atau tanpa pemilu,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement