Senin 19 Aug 2019 16:29 WIB

Rusia Masih Ingin Dialog dengan AS Bahas Rudal Nuklir

Rusia berulang kali menyerukan dialog dengan AS untuk membahas masalah rudal.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.
Foto: REUTERS/Grigory Dukor
Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia mengatakan masih siap menjalin dialog dengan Amerika Serikat (AS) untuk membahas tentang rudal jarak menengah dan pendek. Hal itu diungkapkan setelah kedua negara sama-sama keluar dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF).

“Kami menjaga pintu (dialog) tetap terbuka. Selama AS tidak menyebarkan sistem (rudal) seperti itu ke Eropa, kami tidak akan melakukan hal yang sama, dan selama tidak ada rudal AS di Asia, tidak akan ada rudal kami di kawasan,” kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Ahad (18/8), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Menurut dia, Rusia telah berulang kali menyerukan dialog untuk membahas masalah tersebut. “Antara Februari dan 2 Agustus, kami terus membuka pintu (dialog),” ujar Shoigu.

Awal bulan ini, Rusia telah menyerukan AS bergabung dengan insiatif untuk mendeklarasikan moratorium penempatan rudal jarak pendek dan menengah. “Kami sekali lagi menyerukan Washington dan sekutunya untuk menunjukkan sikap bertanggung jawab serta bergabung dengan moratorium, yang akan meningkatkan prediksi dalam urusan militer dan politik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.

Rusia menilai, tindakan tersebut diperlukan untuk menjamin keamanan global. “Langkah seperti itu akan menunjukkan kepada seluruh komunitas internasional bahwa keamanan global berarti bagi mereka, seperti halnya bagi Rusia,” ujar Zakharova.

AS memang berencana menempatkan rudal jarak menengah di Asia. Hal itu diumumkan setelah AS resmi hengkang dari perjanjian INF. “Ya, saya ingin,” kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper saat ditanya apakah dia mempertimbangkan menempatkan rudal jarak menengah di Asia.

Dia menginginkan hal itu dapat direalisasikan dalam waktu beberapa bulan. “Tapi hal-hal ini cenderung memakan waktu yang lebih lama dari yang Anda perkirakan,” ujarnya.

Esper belum memberitahu di mana rudal-rudal itu akan ditempatkan di Asia. Dia hanya menyatakan akan melakukan pertemuan dengan para pemimpin di Asia saat melakukan kunjungan ke sana.

Rusia dan AS diketahui telah sama-sama keluar dari perjanjian INF yang ditandatangani pada 1987. Perjanjian itu melarang kedua negara untuk memproduksi serta memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement