Rabu 21 Aug 2019 06:00 WIB

China: Uji Coba Rudal AS Bisa Picu Perlombaan Senjata

Uji coba rudal itu membuktikan AS mengembangkan sistem tersebut cukup lama.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Peluncuran rudal jelajah darat yang dikonfigurasikan secara konvensional di Pulau San Nicolas di lepas pantai Kalifornia, Ahad (18/8). Pentagon mengatakan militer AS melakukan uji coba terhadap jenis rudal yang dilarang selama lebih dari 30 tahun.
Foto: Scott Howe/U.S. Defense Department via AP
Peluncuran rudal jelajah darat yang dikonfigurasikan secara konvensional di Pulau San Nicolas di lepas pantai Kalifornia, Ahad (18/8). Pentagon mengatakan militer AS melakukan uji coba terhadap jenis rudal yang dilarang selama lebih dari 30 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mengkritik uji coba rudal jelajah darat yang dilakukan Amerika Serikat (AS). China menilai hal itu akan memiliki dampak negatif serius bagi situasi keamanan internasional dan regional.

“Langkah dari AS akan memicu putaran baru perlombaan senjata yang mengarah pada peningkatan konfrontasi militer,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dikutip laman The Guardian, Selasa (20/8).

Baca Juga

Dia berpendapat Washington harus melepaskan mentalitas perang dinginnya. “AS harus melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi perdamaian dan ketengan internasional serta regional,” ujar Geng.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov juga telah menyampaikan keprihatinan atas uji coba rudal yang dilakukan AS. “Semua itu disesalkan. AS jelas telah menetapkan arah meningkatkan ketegangan militer. Kami tidak menyerah pada provokasi,” kata Ryabkov, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.

Menurutnya, uji coba rudal itu membuktikan AS telah mengembangkan sistem tersebut cukup lama. “Hampir tidak ada konfirmasi yang lebih jelas dan lebih eksplisit tentang fakta AS telah mengembangkan sistem semacam itu untuk waktu yang lama, dan persiapan untuk menarik diri dari perjanjian termasuk, khususnya penelitian, serta pengembangan yang relevan,” ujarnya.

Dia kembali menegaskan Rusia tidak akan menyerah pada provokasi uji coba rudal jelajah AS. “Seperti yang dikatakan Presiden Rusia (Vladimir Putin) di Prancis kemarin, kami tegaskan kembali komitmen kami pada moratorium unilateral dalam penerapan sistem jarak menengah berbasis darat sampai AS menyebarkan sistem semacam itu di beberapa bagian dunia,” kata Ryabkov.

Pada Ahad lalu, AS melakukan uji coba rudal jelajah Tomahawk berkemampuan nuklir di Pulau San Nicolas, Kalifornia. Menurut Pentagon, rudal berhasil menjangkau dan mengenai target setelah menempuh jarak lebih dari 500 kilometer. “Data yang dikumpulkan dan pelajaran yang diperoleh dari tes ini akan memberi informasi kepada Departemen Pertahanan untuk mengembangkan kemampuan (rudal jarak menengah di masa mendatang,” kata Pentagon.

Uji coba itu dilakukan setelah AS resmi keluar dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) pada 2 Agustus lalu. INF merupakan perjanjian yang ditandatangani Rusia dan AS pada 1987. Perjanjian itu melarang kedua negara untuk memproduksi serta memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Bubarnya perjanjian INF telah memicu kekhawatiran dari negara-negara Eropa. Sebab selama ini, INF telah dianggap sebagai fondasi keamanan di kawasan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement