Jumat 23 Aug 2019 16:04 WIB

Brasil Geram Jadi Sasaran Kritik atas Kebakaran Amazon

Presiden Brasil dituding tidak mencegah meluasnya penggundulan hutan Amazon.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Foto udara dari area daratan yang terbakar di negara bagian Mato Grosso, Brasil. Menurut laporan media, wilayah Amazon Brazil menderita sejumlah besar kebakaran, dengan peningkatan 84 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Foto: EPA-EFE/Rogerio Florentino
Foto udara dari area daratan yang terbakar di negara bagian Mato Grosso, Brasil. Menurut laporan media, wilayah Amazon Brazil menderita sejumlah besar kebakaran, dengan peningkatan 84 persen pada periode yang sama tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA — Di tengah kekhawatiran global atas kebakaran besar yang terjadi di hutan Amazon, Pemerintah Brasil mengatakan bahwa telah menjadi sasaran kampanye kotor para kritikus, pada Kamis (22/8). Presiden Jair Bolosonaro menjadi sosok utama yang dituding tidak melakukan cukup banyak upaya, untuk mencegah meluasnya deforestasi atau penggundulan hutan. 

Amazon yang disebut sebagai paru-paru dunia itu berada dalam keadaan terancam, seiring kebakaran yang meluas di hutan hujan tersebut. Perselisihan mengenai siapa yang harus disalahkan dalam insiden itu terus terjadi di masa kepemimpinan Bolsonaro, menyusul pendapat bahwa perlindungan Amazon adalah hambatan bagi pembangunan ekonomi negara Amerika Selatan tersebut. 

Baca Juga

Sejumlah negara, seperti Prancis juga menyatakan kekhawatiran atas kebakaran Amazon. Dalam sebuah pernyataan, Presiden Emmanuel Macron mengatakan bahwa kebakaran hutan itu sebagai krisis internasional dan meminta para pemimpin dari 7 negara paling berpengaruh di dunia untuk mengadakan diskusi dalam pertemuan tingkat tinggi yang akan diselenggarakan pada akhir pekan di negaranya. 

“Rumah kami terbakar, hutan hujan Amazon adalah paru-paru planet ini yang menghasilkan 20 persen oksigen di bumi,” ujar Macron dalam sebuah pernyataan melalui jejaring sosial Twitter, Jumat (23/8). 

Atas pernyataan tersebut, Bolsonaro geram dan memberikan balasan. Ia menuduh bahwa Macron berusaha membuat keuntungan politik secara personal, dalam masalah internal Brasil dan negara-negara di sekitar Amazon lainnya. 

“Nada sensasional yang ia (Macron) gunakan tidak membantu melakukan apa pun untuk menyelesaikan masalah,” tulis Bolsonaro melalui Twitter. 

Kepala Staf Kepresidenan Brasil, Onyx Lorenzoni juga telah menuding negara-negara Eropa membesarkan masalah lingkungan di Brasil. Ia meyakini ada tujuan agar kepentingan komersial Brasil terganggu. 

“Memang ada penggundulan hutan di Brasil, tapi tidak pada tingkat yang mereka katakan,” ujar Lorenzoni. 

Tuduhan Lorenzoni muncul setelah Jerman dan Norwegia menilai komitmen Brasil untuk memerangi deforestasi. Termasuk keputusan Brasil untuk menahan dana sebesar lebih dari 60 juta dolar AS yang dialokasikan untuk sejumlah proyek keberlanjutan di hutan negara itu. 

Sebelumnya, pihak berwenang Brasil melaporkan kebarakan hutan di negara itu pada tahun ini meningkat sebanyak 84 persen, dibandingkan periode yang sama pada 2018. Organisasi Metereologi Dunia juga melaporkan sejumlah gambar yang diambil dari satelit juga menunjukkan asap dari Amazon yang melintasi kawasan Amerika Latin ke wilayah pantai Atlantik dan Sao Paulo, Kota terbesar di Brasil. 

Menurut media lokal Brasil, jaksa federal di wilayah Amazon Brazil, penyelidikan atas peningkatan deforestasi tengah dilakukan. Jaksa juga mengatakan ada rencana untuk menyelidiki dugaan kelalaian oleh pemerintah dalam penegakan hukum lingkungan. Brasil memiliki sekitar 60 persen dari keseluruhan Amazon. Degradasi hutan hujan  dapat bekonsekuensi besar bagi iklim dan curah hujan global.

Bolsonaro pernah mengatakan rencana untuk mengkonversi lahan padang rumput ternak dan pertanian kedelai. Sementara, Filipe Martins, penasihat presiden Brasil itu mengatakan bahwa pemerintah berkomitmen untuk memerangi deforestasi ilegal. 

“Amazon akan diselamatkan oleh Brasil, bukan retorika dari media, serta birokrat transnasional, dan LSM yang histeris dan menyesatkan,” ujar Martins.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement