Jumat 23 Aug 2019 11:00 WIB

Demonstran Hong Kong akan Kembali Penuhi Bandara

Protes yang dilakukan kelompok pro demokrasi Hong Kong sudah berlangsung tiga bulan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
Demonstran saat melakukan aksi duduk di terminal kedatangan di Bandara Internasional Hong Kong, Hong Kong, Senin (12/8). Semua penerbangan yang tersisa dibatalkan.
Foto: AP Photo/Vincent Thian
Demonstran saat melakukan aksi duduk di terminal kedatangan di Bandara Internasional Hong Kong, Hong Kong, Senin (12/8). Semua penerbangan yang tersisa dibatalkan.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Para pengunjuk rasa Hong Kong akan kembali menggelar aksi unjuk rasa di berbagai wilayah hingga di bandara internasional akhir pekan ini. Tiga bulan protes pro demokrasi Hong Kong tidak menujukkan tanda mereda.

Berbagai aksi protes direncanakan dilakukan pada Jumat (23/8) termasuk aksi oleh para akuntan ke kantor pusat pemerintahan. Para pengunjuk rasa juga, katanya akan menggelar 'Rantai Baltik', di mana mereka bergandengan tangan menunjukkan solidaritasnya.

Baca Juga

Pada 1989, sekitar dua juta orang berkumpul dengan senjata di tiga negara Baltik dalam protes terhadap pemerintahan Uni Soviet, yang kemudian dikenal dengan Jalan Baltik atau Rantai Baltik.

Para pengunjuk rasa pro-demokrasi mengatakan, mereka berencana akan mengganggu transportasi dari kota ke bandara pada akhir pekan ini. "Pergi ke bandara dengan berbagai cara, termasuk MTR, Bus Bandara, Takasi, Sepeda, dan Mobil Pribadi untuk meningkatkan tekanan pada transportasi bandara," tulis para pengunjuk rasa di media sosial dikutip Aljazirah, Jumat (23/8).

Bandara internasional Hong Kong merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia yang sempat ditutup sementara oleh karena aksi protes yang berujung pada bentrokan antara pohak kepolisian dan pengunjuk rasa yang mengerubungi bandara.

Protes bermula pada Juni atas RUU yang akan memungkinkan tersangka kriminal di Hong Kong diekstradisi ke daratan Cina untuk diadili. Meski RUU sudah ditangguhkan, protes kemudian meluas menjadi seruan untuk kebebasan politik.

Protes selama tiga bulan ini menjerumuskan pusat keuangan Asia ke dalam krisis sejak penyerahan ke Beijing tahun 1997. Protes juga menimbulkan salah satu tantangan terbesar bagi Presiden Cina Xi Jinping sejak ia berkuasa pada 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement