Selasa 27 Aug 2019 07:49 WIB

Lebanon: Serangan Drone Israel adalah Deklarasi Perang

Israel menyerang wilayah Lebanon yang dikuasai Hizbullah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pesawat tanpa awak (UAV) buatan Israel
Foto: .israeli-weapons.com
Pesawat tanpa awak (UAV) buatan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan negaranya memiliki hak untuk membela diri. Di tengah meningkatnya ketegangan antara Hizbullah dan Israel, Lebanon menyebut serangan drone Israel seperti 'deklarasi perang'. 

Militer Israel mengatakan komando di sebelah utara yang berbatasan dengan Suriah dan Lebanon dalam keadaan siaga satu. Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri mendesak para diplomat untuk membantu mencegah 'ekskalasi yang berbahaya'. 

Baca Juga

Setelah dua drone jatuh di pinggir kota selatan Beirut pada Ahad (25/8), Hizbullah memperingatkan Israel akan ada balasan yang setimpal. Daerah tempat jatuhnya drone Israel adalah wilayah yang dikuasai Hizbullah. 

Dalam pidatonya kepala pasukan bersenjata Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah memberikan ancaman paling serius selama beberapa tahun terakhir. Ia mengatakan peluncuran drone adalah 'fase baru'. 

Sementara, Israel tidak mengaku bertanggung jawab atas serangan drone di Beirut. Nasrallah menganggap serangan tersebut sebagai serangan pertama Israel ke wilayah Lebanon sejak kedua belah pihak berperang pada 2006. 

Beberapa jam kemudian faksi Palestina mengatakan drone Israel menyerang wilayah militer yang mereka kuasai di lembah Bekaa, Lebanon. Serangan itu dilakukan pada Senin (26/8) sebelum fajar.

"Apa yang terjadi mirip dengan deklarasi perang yang memungkinkan kami untuk menggunakan hak kami untuk mempertahankan kedaulatan kami," kata Aoun seperti yang kantor kepresidenan Lebanon di Twitter, Selasa (27/8). 

Kantor kepresidenan Lebanon mengatakan Aoun telah membahas 'serangan Israel' dengan Koordinator PBB untuk Lebanon Jan Kubis. Kepada Kubis, Aoun yang sekutu politik Hizbullah mengatakan serangan di Dahyeh dan Bekaa melanggar resolusi PBB 1701 yang mengakhiri perang pada 2006. 

"Kami orang yang menginginkan perdamaian, bukan perang dan kami tidak dapat menerima siapa pun yang mengancam kami dengan perang," kata Aoun. 

Aoun dan Hariri memanggil Dewan Tinggi Keamanan Lebanon untuk menggelar rapat. Kepada duta besar lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Hariri mengatakan masyarakat internasional harus menolak 'pelanggaran Israel yang terang-terangan'. 

Hariri yang didukung barat mengatakan negara-negara yang diwakili diplomat DK PBB itu harus membantu menjaga stabilitas di Lebanon. "Setiap ketegangan dapat berkembang menjadi siklus kekerasan di kawasan yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun," kata politisi yang bersekutu dengan Hizbullah itu. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement