Senin 26 Aug 2019 14:36 WIB

Presiden Prancis Macron: G-7 Tolak Senjata Nuklir Iran

Prancis akan menjalin dialog dengan Iran untuk meredam ketegangan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negara anggota G-7 menentang kepemilikan senjata nuklir oleh Iran. Hal itu dia sampaikan kepada awak media di sela-sela KTT G-7 di Kota Biarritz, Prancis, Ahad (25/8).

“Tidak ada anggota G-7 yang ingin Iran mendapatkan senjata nuklir dan yang kedua semua anggota G-7 sangat terikat pada stabilitas serta perdamaian di kawasan itu,” ujar Macron, dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Dia menegaskan bahwa Prancis akan terus menjalin dialog dengan Iran dalam beberapa pekan mendatang. Tujuannya agar ketegangan dapat diredam. Menjelang perhelatan KTT G7, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif sempat melakukan pembicaraan dengan Macron dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian.

Mereka membahas tentang nasib kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Pembicaraan berlangsung lebih dari tiga jam. “Jalan di depan sulit. Tapi patut dicoba,” kata Zarif melalui akun Twitter pribadinya seusai melakukan pembicaraan tersebut.

Seorang pejabat Prancis mengungkapkan diskusi antara Macron dan Zarif berjalan positif. Menurut dia, hal itu akan dilanjutkan pada waktu mendatang. Namun dia menolak memberikan keterangan terperinci perihal apa saja yang mereka bahas.

Pekan lalu, Iran mengungkapkan rencana fase ketiga untuk mengurangi komitmennya dalam JCPOA. uru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan Macron sedang melakukan upaya untuk menyelamatkan JCPOA dengan dukungan negara-negara Eropa lainnya. “Iran sedang menunggu hasil upaya Uni Eropa untuk menyelamatkan perjanjian dan berencana mengurangi komitmennya sebanding dengan langkah-langkah Uni Eropa untuk mempertahankan perjanjian,” kata dia.

Sejak awal Juli lalu, Iran mulai menangguhkan komitmennya dalam JCPOA. Hal itu merupakan upaya Teheran untuk menekan Eropa agar melindungi aktivitas perdagangannya dari sanksi Amerika Serikat (AS). Washington diketahui telah keluar dari JCPOA tahun lalu.

Langkah pertama yang dilakukan Teheran adalah melakukan pengayaan uranium melampaui ketentuan yang ditetapkan JCPOA, yakni sebesar 3,67 persen. Iran mengklaim saat ini pengayaan uraniumnya telah mencapai lebih dari 4,5 persen. 

Iran masih menyatakan bahwa pengayaan uranium itu dilakukan hanya untuk tujuan damai. Di sisi lain, level pengayaan yang saat ini telah dicapai masih jauh dari cukup untuk memproduksi senjata nuklir. Namun, ia tak ragu untuk mengambil langkah lebih lanjut jika Eropa dan AS tak mengubah sikap dan pendekatannya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement