Senin 26 Aug 2019 18:02 WIB

Taliban Sebut Kesepakatan dengan AS Semakin Dekat

AS sepakat menarik tentaranya dari Afghanistan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Pejabat Taliban masuk ke lift ketika mereka menghadiri pembicaraan intra-Afghanistan di Moskow, Rusia, Rabu(6/2/2019).
Foto: AP / Pavel Golovkin
Pejabat Taliban masuk ke lift ketika mereka menghadiri pembicaraan intra-Afghanistan di Moskow, Rusia, Rabu(6/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Taliban mengatakan, negosiasi damai dengan Amerika Serikat (AS) mendekati kesepakatan akhir, Senin (26/8). Hal itu diutarakan ketika Taliban melakukan pembicaraan damai yang berlanjut di ibu kota Qatar, Doha beberapa waktu lalu.

Juru Bicara Kantor Politik Taliban Suhail Shaheen mengatakan, sejauh ini memang belum ada pihak yang mencapai terobosan bagi kesepakatan. Namun, kedua pihak berharap ada kesepakatan pada pembicaraan beberapa hari mendatang.

Baca Juga

"AS sepakat menarik tentaranya dari Afghanistan dan menyelesaikan masalah Afghanistan secara damai," ujar Shaheen dilansir Anadolu Agency, Senin (26/8).

Meski demikian, ia tidak memberikan detail soal waktu kapan militer AS akan meninggalkan Afghanistan. Sudah kesembilan kalinya, pembicaraan AS dengan Taliban dilakukan.

Pembicaraan lanjutan pada Kamis mendatang diharapkan menemukan resolusi damai bagi konflik Afghanistan yang telah berlangsung lama. Ketika ditanya apakah Taliban akan duduk bersama pemerintah Afghanistan setelah pembicaraan damai selesai dengan para pejabat AS, Shaheen menegaskan kembali sikap kelompoknya.

"Tentu saja kita akan berbicara dengan semua pihak Afghanistan. Itu juga termasuk pemerintah Afghanistan, namun akan menjadi satu dari pihak dan pihak dari konflik, bukan sebagai pemerintah," katanya.

Taliban mengadakan pembicaraan damai dengan AS selama hampir satu tahun. Namun, Taliban selalu menolak mengakui atau bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan.

Kendati demikian, Taliban mengatakan, akan mengundang semua kelompok Afghanistan lainnya untuk menjadi bagian dari pemerintah setelah kesepakatan damai dicapai dengan Washington. "Tentu saja, kami ingin pemerintah Islam di Afghanistan berpartisipasi oleh semua warga Afghanistan, dari semua etnis, semua lapisan masyarakat, semua kelompok sehingga akan menjadi pemerintah Islam yang sangat kuat," kata Shaheen.

Sebelumnya pada Sabtu, beberapa media melaporkan kesepakatan antara AS dan Taliban telah tercapai. Kemudian, kedua belah pihak sepakat membentuk pemerintahan sementara di Kabul. Namun, perunding perdamaian AS Zalmay Khalilzad dan Taliban kemudian menolak laporan tersebut.

Di tengah bayang-bayang perundingan As dan Taliban, akan ada pemilihan presiden Afghanistan yang dijadwalkan berlangsung 28 September. Diplomat top AS yang menjabat sebagai Duta Besar Kabul John Bass mengatakan pemilihan presiden harus diadakan pada waktu yang dijadwalkan, meski ada rintangan dalam proses perdamaian.

"Baik (proses perdamaian dan pemilihan) penting bagi AS. Perdamaian adalah prioritas utama kami karena itu juga merupakan prioritas tertinggi rakyat Afghanistan. Dan setiap hari, warga Afghanistan memberi tahu kami perdamaian adalah prioritas utama mereka," kata Bass.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement