Rabu 04 Sep 2019 03:05 WIB

Kabinet Sudan Sejak Al-Bashir Tumbang Segera Diumumkan

Pengumuman kabinet penuh Sudan akan dibuat dalam 48 jam ke depan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Mantan presiden Sudan Omar al-Bashir terlihat pertama kali di publik sejak kudeta penggulingan dirinya April lalu, Ahad (16/6).
Foto: Reuters
Mantan presiden Sudan Omar al-Bashir terlihat pertama kali di publik sejak kudeta penggulingan dirinya April lalu, Ahad (16/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Perdana Menteri Sudan telah menyetujui 14 anggota kabinet yang pertama ditunjuk sejak pemerintahan Omar al-Bashir jatuh April lalu. Juru Bicara dan anggota Dewan Kedaulatan Sudan yang baru Mohamed al-Faki Suleiman mengatakan, pengumuman kabinet penuh Sudan akan dibuat dalam 48 jam ke depan.

Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok seharusnya mengumumkan kabinet pada Rabu pekan lalu. Namun, ahli ekonomi PBB masih mempertimbangkan kandidat yang diajukan oleh penyelenggara protes (yang memimpin unjuk rasa besar menjatuhkan al-Bashir) yang kini bekerja bersama di bawah gerakan Pasukan Kebebasan Perubahan (FFC).

Hal tersebut pun menyebabkan penundaan untuk pertemuan pertama antara pemerintah dan badan penguasa sipill-militer bersama, dalam mengawasi transisi yang seharusnya diadakan pada Ahad lalu. Menurut pernyataan Dewan, alasan Perdana Menteri menunda disebabkan karena ia ingin membentuk pemerintahan yang lebih mewakili negara-negara di seluruh Sudan.

"Hamdok juga ingin memastikan keseimbangan gender di kabinet," ujar pernyataan Dewan dilansir Aljazirah, Rabu (4/8).

Kandidat untuk kabinet Sudan termasuk Menteri Luar Negeri perempuan pertama, dan mantan ekonom Bank Dunia sebagai menteri keuangan barunya. Menurut sumber yang tak ingin mengungkapkan namanya, Menteri Luar Negeri terpilih adalah Asmaa Abdallah. Sementara menteri keuangan akan diisi oleh sosok Ibrahim Elbadawi.

Sumber tersebut menyebut Kementerian Energi dan Pertambangan Sudan kemungkinan akan dipimpin oleh Adel Ibrahim. Jenderal Jamal Aldin Omar akan memipin misi pertahanan negara.

Pemerintah akan memimpin transisi tiga tahun ke pemilu di bawah kesepakatan pembagian kekuasaan antara militer dan oposisi sipil . Hamdok sebelumnya mengatakan, dia akan memilih teknokrat berdasarkan kompetensi untuk memimpin Sudan melalui tantangan berat. Termasuk mengakhiri konflik internal negara yang menghancurkan negara selama bertahun-tahun.

Kelompok pemberontak dari daerah terpinggirkan di Sudan, termasuk Darfur, Nil Biru, dan negara Kordofan Selatan telah disusupi gejolak perang panjang melawan pasukan al-Bashir. Pada Sabtu, empat kelompok pemberontak dari Darfur mengatakan mereka akan bernegosiasi dengan otoritas transisi dengan visi terpadu, meski tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement